Struktur dan Fungsi Sel
- Badan Mikro. Sesuai namanya, badan mikro berukuran kecil dengan diameter 0,3 hingga 1,5 m. Organel ini terbungkus oleh selapis membran yang terdiri atas peroksisom dan glioksisom. Perhatikan Gambar 1.16. Perioksisom mengandung banyak enzim katalase. Enzim katalase berperan untuk menguraikan hidrogen peroksida (H2O2) sehingga menjadi netral dari racun. Selain itu, enzim katalase juga berperan dalam metabolisme lemak dan fotorespirasi. Perioksisom dapat kita temukan pada sel hewan dan sel tumbuhan. Pada sel hewan, banyak perioksisom terdapat pada sel hati, sel otot, dan sel ginjal. Perioksisom ini sangat terkait dengan relitikulum endoplasma. Sebab, peroksisom merupakan membran yang dihasilkan retikulum endo plasma.
|
Gambar 1.16 Peroksisom yang | berada pada sel daun |
|
Sementara itu, glioksisom terdapat banyak pada sel tumbuhan yang berlemak, misalnya saja pada biji. Di dalamnya terdapat enzim katalase dan oksidase yang berperan dalam metabolisme lemak yakni mengubah lemak menjadi gula. Energi hasil metabolisme ini digunakan saat perkecambahan biji.
- Vakuola . Vakuola merupakan organel dalam sel yang berisi cairan. Di dalam vakuola terdapat membran yang disebut tonoplas. Organel ini banyak terdapat pada sel tumbuhan. Kalau pun ada pada sel hewan, bentuk vakuolanya amat kecil. Lihat Gambar 1.17. Sebuah vakuola tumbuhan berisi larutan garam mineral, gula, asam amino, bahan sisa (seperti tanin) dan beberapa pigmen se-perti antosianin. Setiap sel tumbuhan memiliki bentuk vakuola yang amat beragam. Vakuola sel tumbuhan dewasa berbentuk besar, sedangkan vakuola tumbuhan muda berbentuk kecil. Semakin tua usia tumbuhan, maka vakuolanya akan bertambah besar, bahkan bisa menjadi bagian yang dominan dalam sel.
|
Gambar 1.17 Vakuola sel tumbuhan |
Pada sel tumbuhan, vakuola memiliki berbagai fungsi, antara lain: sebagai tempat menyimpan cadangan makanan dan ion anorganik, seperti gula, protein, kalium, dan klorida; sebagai osmoregulatoryakni penjaga nilai osmotik sel; dan berperan dalam proses sekresi hasil sisa metabolisme yang membahayakan sel. Untuk menarik datangnya serangga penyerbuk, sebagian vakuola sel tumbuhan memiliki pigmen. Contohnya, pigmen merah dan biru pada mahkota bunga. Sebaliknya, supaya hewan pemangsa tidak datang mendekat, vakuola sel tumbuhan mengandung senyawa beracun dan bau tak sedap. Pada sel hewan, vakuola hanya terdapat pada hewan uniselluler saja. Contohnya adalah protozoa. Fungsi vakuola adalah sebagai vakuola pencernaan makanan (vakuola non-kontraktil). Selain itu, protozoa juga memiliki vakuola berdenyut (vakuola kontraktil) yang berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sitoplasma.
- Kloroplas . Selain vokuola, ciri organel khas yang dimiliki sel tumbuhan adalah kloroplas. Kloroplas termasuk pada sebuah kelompok organel besar yang disebut plastida. Pada sel tumbuhan, kloroplas ini tersebar pada cairan sitoplasma. Kloroplas memiliki diameter sekitar 5 sampai 10 m. Hampir setiap sel tumbuhan mengandung kloroplas dengan jumlah 20 hingga 40 buah. Secara struktural, kloroplas memiliki membran rangkap yang disebut selubung kloroplas. Selubung kloroplas ini tersusun atas membran luar dan membran dalam. Untuk membran dalamnya, memiliki struktur yang sama dengan membran sel. Perhatikan Gambar 1.18.
|
Gambar 1.18 Struktur Kloroplas |
Kloroplas juga mempunyai dua bagian, yakni bagian grana dan stroma. Granamerupakan tumpukan sejumlah tilakoid. Tilakoidadalah suatu kantong yang berbentuk pipih. Adapun, stroma merupakan cairan yang berada di luar tilakoid. Di dalam stroma terkandung pelbagai macam zat, misalnya enzim, asam-asam organik, dan karbohidrat hasil otosintesis dalam bentuk tepung. Bagi tumbuhan, kloroplas mempunyai peran penting terutama saat terjadi fotosintesis. Sebab, di dalam kloroplas terdapat klorofil berpigmen hijau dan pigmen fotosintetik lainnya. Klorofil dan pigmen fotosintetik ini terdapat pada sistem membran dan stroma. Pada proses fotosintesis, pigmen fotosintetik--khususnya klorofil dan karotenoid--akan menyerap energi cahaya matahari yang selanjutnya diubah menjadi energi kimia. Klorofil menyerap sinar merah, biru, dan ungu, sementara sinar hijau dipantulkan. Sehingga, warna yang terlihat pada klorofil adalah warna hijau. Berbeda dengan klorofil, karatenoid memiliki banyak pigmen, seperti ungu, biru, kuning, oranye, merah dan coklat. Di antara warna tersebut, warna yang diserap karatenoid hanyalah warna ungu dan biru. Karatenoid ini banyak terdapat pada bunga dan buah tumbuhan. Selain menyerap warna, karatenoid juga berperan dalam melindungi klorofil dari sinar matahari yang terlalu kuat.
Nah, inilah uraian struktur dan fungsi berbagai organel sel ber-membran. Untuk selanjutnya, kita akan membahas struktur dan fungsi organel sel yang tidak bermembran.
2) Organela Sel Tak Bermembran
Pada sel makhluk hidup, terdapat pula organel yang tidak ber-membran, antara lain: ribosom, sitoskeleton, sentriol dan dinding sel. Pahami penjelasannya berikut.
- Ribosom . Ribosom merupakan organel sel yang bentuknya kecil berupa butiran nukleoprotein. Pada sel eukariotik, ribosom berbentuk bulat dengan diameter 25 nm, sedangkan pada sel prokariotik lebih kecil lagi. Ribosom tersusun atas subunit besar dan subunit kecil. Di dalamnya, berisi RNA ribosom (RNAr) dan protein. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat sintesis protein. Per-hatikan Gambar 1.19.
|
Gambar 1.19 Struktur ribosom |
Pada permukaan ribosom, butiran nukleoprotein memi-liki dua letak persebaran. Butiran nukleoprotein yang tersebar bebas pada sitoplasma disebutribosom bebas. Sementara, butiran nukleoprotein yang menempel pada permukaan reti-kulum endoplasma disebutribosom terikat. Ribosom bebas berperan dalam proses sintesis enzim. Enzim yang dihasilkan berfungsi menjadi katalisator di dalam cairan sitosol. Adapun ribosom terikat berguna dalam sintesis protein. Lihat Gam-bar 1.20.
|
Gambar 1.20 Ribosom bebas dan ribosom terikat |
- Sitoskeleton . Salah satu organel yang cukup penting keberadaannya dalam sel adalah sitoskeleton. Sitoskeleton merupakan struk-tur rangka sel yang berbentuk jalinan serabut. Strukturnya membentang dalam sitoplasma. Di dalam sel, sitoskeleton memiliki beberapa fungsi. Fungsi itu antara lain sebagai pendukung pergerakan sel dan penjaga kestabilan bentuk sel, atau menjadi rangka sel dan pemberi bentuk sel; pemberi kekuatan mekanik sel dan pembantu motilitas sel (gerakan substansi dari satu bagian ke bagian lain); menjaga keseluruhan organel sel supaya tetap pada posisinya; dan membantu gerakan kromosom ke arah kutub saat pembelahan sel. Berdasarkan fungsinya, sitoskeleton memiliki tiga jenis serabut, meliputi mikrotubulus, filamen antara (serabut antara), dan mikrofilamen (filamen aktin).
|
Gambar 1.21 Sitoskeleton |
- Mikrotubulus . Bentuk mikrotubulus adalah tabung berongga dengan diameter 25 nm. Panjang tubuhnya antara 200 nm sampai 25 μm. Mikrotubulus mempunyai suatu protein yang disebut tubulin. Tubulin terdiri atas dua macam, yakni alpha-tubulin dan betatubu-lin. Mikrotubulus ini berfungsi memperta hankan bentuk sel; berperan saat motilitas sel, seperti silia atau flagela; dan mem-bantu pergerakan kromosom saat pembelahan sel.
- Filamen antara . Filamen antara disebut juga dengan serabut antara atau filamen intermediet. Diameter serabut antara lebih besar dibandingkan diameter mikrofilamen. Namun, bila diban-dingkan dengan diameter mikrotubulus, serabut antara memi-liki diameter yang lebih kecil, yakni 8-10 nm. Sebagian besar bahan penyusun filamen antara dalam sel adalah fimentin. Berbeda dengan lainnya, fi lamen antara pada sel kulit bernama protein keratin. Fungsi fi lamen anta-ra misalnya sebagai penguat bentuk kerangka sel saat berak-tivitas dan pemerkokoh posisi organel dalam sel.
|
Gambar 1.22 Susunan alpha dan beta tubulin pada mikrotubulus |
- Mikrofilamen . Serabut sitoskeleton yang terdiri atas bola-bola molekul pro-tein disebut mikrofilamen. Serabut ini dinamakan pula filamen aktin. Sebab, mikrofi lamen tersusun dari protein ak-tin, meskipun sebagian kecil juga terbuat dari miosin. Fungsi utama mikrofilamen adalah sebagai penahan tegangan (gaya tarik) saat sel bergerak dan bermanfaat saat proses pengaliran sitoplasma. Perhatikan Gambar 1.24.
|
Gambar 1.23 Struktur | filamen antara |
|
|
Gambar 1.24 | Struktur mikrofilamen | dan filamen antara |
|