PERCOBAAN 1
STOIKIOMETRI REAKSI
A.
Tujuan Percobaan
1
Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan perubahan
temperatur
2
Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol
B.
Dasar Teori
Ilmu kimia adalah ilmu yang dikembangkan berdasarkan eksperimen melalui
pendekatan ilmiah. Ilmu kimia mempelajari perubahan zat baik secara fisik
maupun secara kimia. Perubahan yang mengahasilkan zat baru yang jenis dan
sifatnya berbeda dari zat pembentuknya disebut sebagai perubahan kimia atau reaksi
kimia. Perubahan kimia ini dapat diamati dari terbentuknya hasil reaksi seperti
timbulnya gas, endapan, terjadi perubahan warna dan perubahan kalor.
Untuk memudahkan dalam merancang suatu eksperimen, maka perlu menuliskan
persamaan reaksi kimia, yang menunjukkan zat-zat yang bereaksi dan hasil
reaksi, untuk menunjukkan bahwa reaksi setara, diungkapkan dengan koefisien
reaksi. Koefisien reaksi merupakan konversi yang menunjukkan jumlah atom atau
molekul yang terlibat dalam reaksi atau menyatakan pula jumlah mol senyawa yang
bereaksi. Contoh : reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen membentuk gas
amonia, persamaan reaksinya:
N2 (g) + 3 H2 (g) 2 NH3 (g)
Persamaan
ini menyatakan bahwa 1 molekul nitrogen bereaksi dengan 3 molekul hidrogen
membentuk 2 molekul amonia atau konversi ke mol menjadi 1 mol nitrogen bereaksi
dengan 3 mil hidrogen menbentuk 2 mol amonia. Angka 1, 3 dan 2 adalah koefisien
reaksi sebagai faktor konversi.
Secara laboratorium, untuk mengetahui koefisien dalam persamaan kimia diperlukan
sederetan data hasil percobaan. Salah satu cara sederhana untuk menentukan
koefisien reaksi dengan metode variasi kontinu. Prinsip dasarnya dalam
sederetan percobaan yang dilakukan, jumlah moler total campuran pereaksi dibuat
tetap sedangkan jumlah molar masing-masing dibuat berubah secara teratur
(diberagamkan secara beraturan dan kontu). Perubahan yang terjadi akibat adanya
reaksi antara campuran pereaksi seperti massa, volum dan suhu dialurkan
terhadap jumlah molar masing-masing pereaksi dalam suatu grafik, sehingga
diperoleh titik optimum. Titik optimum yang terbentuk menyatakan perbandingan
koefisien dari masing-masing pereaksi.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- gelas beker 50 ml (4)
- mistar ukuran 20 cm (1)
- termometer (2)
2.
Bahan
- NaOH 0,1 M
- NaOH 1,0 M
- CuSO4 0,1 M
- HCl 1,0 M
D. Cara Kerja
1.
Stokiometri Reaksi Pengendapan
a. Sediakan dua
buah gelas beker 50 ml. Ke dalam 1 gelas beker masukkan 5 ml NaOH 0,1 M. Pada
gelas beker yang lain masukkan 25 ml CuSO4 0,1 M. Campurkan kedua
larutan itu kemudian kocok.
b. Biarkan
campuran tersebut agar endapan yang terbentuk berada di dasar gelas beker.
c. Ukur tinggi
endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar akurat terapkan satuan
mili-meter).
d.
Lakukan cara yang sama dengan langkah (a-c) untuk percobaan berikut, dengan
mengubah volume pereaksi masing-masing tetapi volume total tetap 30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4
0,1 M
- 15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO4
0,1 M
- 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml CuSO4
0,1 M
- 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml CuSO4
0,1 M
e. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara
tinggi endapan (sumbu y) dan volume larutan (sumbu x), sehingga diperoleh titik
optimum kurva.
f. Dari grafik tentukan koefisien reaksi
berdasarkan titik optimum yang diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan
koefisien reaksi.
g. Bandingkan dengan koefesien reaksi yang
diperoleh dari menyetarakan persamaan reaksi.
h.Tentukan
rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.
2. Stokiometri Sistem Asam-Basa
a. Ke dalam gelas
beker 50 ml, masukkan 5 ml NaOH 1,0 M dan ke dalam gelas beker lainnya masukkan
25 ml HCl 1,0 M. Kemudian ukur temperatur kedua larutan tersebut (TM )
dan diusahakan agar sama (dapat dilakukan dengan merendam kedua gelas beker
tersebut dalam penangas air.
b. Campurkan kedua larutan tersebut hingga volume
total 30 ml, ukur temperatur campuran dan catat suhu maksimum yang konstan ( TA
).
c. Lakukan cara yang sama untuk percobaan berikut
dengan mengubah volume pereaksi masing-masing hingga volume total campuran
adalah 30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 1,0 M
dan 20 ml HCl 1,0 M
- 15 ml NaOH 1,0 M
dan 15 ml HCl 1,0 M
- 20 ml NaOH 1,0 M
dan 10 ml HCl 1,0 M
- 25 ml NaOH 1,0 M
dan 5 ml HCl 1,0 M
d. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara perubahan
temperatur (sumbu y) dan volume asam/basa (sumbu x).
f. Dari grafik tentukan koefisien reaksi
berdasarkan titik optimum yang diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan
koefisien reaksi.
g. Bandingkan dengan koefesien reaksi yang
diperoleh dari menyetarakan persamaan reaksi.
h. Tentukan rendemen hasil reaksi dengan
menggunakan konsep mol.
E. Analisis Data
Pada percobaan D.2 dan D.3, berdasarkan grafik yang
diperoleh dari data antara perubahan temperatur / tinggi endapan terhadap
volume masing-masing pereaksi ditentukan stokiometri reaksi dengan mengubah
satuan volume masing-masing pereaksi pada titik optimum menjadi mol.
mol = molaritas larutan (M) x volume larutan (V)
Sehingga diperoleh perbandingan mol = perbandingan
koefisien reaksi.
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih
bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry,
New York: John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980,
Fundamental of Chemistry laboratory
Students. 4th Ed.New York : Academic Press, Inc
PERCOBAAN 2
SISTEM
PERIODIK UNSUR
A.
Tujuan Percobaan
1. Mengenal unsur
halogen dan ion halida
2. Mempelajari
kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur halogen
3. Mempelajari keperiodikan sifat logam-logam
alkali dan alkali tanah
B. Dasar Teori
Kofigurasi elektron unsur-unsur menunjukkan suatu
keragaman periodik dengan bertambahnya nomor atom. Akibatnya, unsur-unsur juga
akan menunjukkan keragaman periodik dalam perilaku fisis dan kimianya.
Pada umumnya unsur-unsur yang segolongan dalam Sistem
Periodik Unsur mempunyai sifat yang hampir mirip. Unsur-unsur tersebut
sifat-sifatnya akan bertambah atau berkurang secara periodik dari atas ke
bawah. Begitu pula jika unsur-unsur itu membentuk senyawa. Sifat-sifat senyawa
yang terbentuk juga mirip. Namun ada perbedaan sifat pada senyawa itu yang
disebabkan oleh perbedaan ukuran atom atau ion unsur-unsur tersebut.
Dengan menentukan kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur
golongan halogen, maka akan diperoleh suatu pengertian mengenai kecenderungan
unsur-unsur untuk menarik elektron. Kecenderungan untuk menarik elektron itu
dapat dihubungkan dengan berubahnya ukuran atom dan ukuran ion.
Logam alkali dan alkali tanah mempunyai warna yang khas.
Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi logam alkali maupun alkali tanah
dengan air, warna nyala logam alkali dan alkali tanah dan kelarutan senyawa
alkali tanah dalam air. Perbedaan kelarutan senyawa-senyawa logam alkali tanah
dapat digunakan untuk membedakan ion-ion logam alkali tanah.
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat
- Tabung
reaksi
- Rak
tabung reaksi
- Pinggan
penguapan
- Gelas
kimia 500 ml
- Gelas
ukur 10 ml
- pipet
tetes
- Kawat
nikrom
2.
Bahan
- Larutan NaF, NaCl, NaBr dan NaI
- Larutan
Brom (0,5 ml Br2/ 100 ml air)
- Larutan Iod (0,5 g I2/100 ml
etanol)
- Larutan kanji
- Larutan CCl4
- Larutan AgNO3 0,1 M
- Larutan Na.tio sulfat 2 M
- Logam Na, Mg, dan Ca
- Larutan pekat LiCl, NaCl, MgCl2,
BaCl2, SrCl2
- Ca(NO3)2 0,1 M,
Ba(NO3)2 0,1 M, Sr(NO3)2
0,1 M, (NH4)2C2O4
0,1 M, K2CrO4 0,1 M, (NH4)2SO4
0,1 M
- Larutan fenolftalein
D.
Cara Kerja
1. Pengenalan golongan alkali dan alkali tanah
Reaksi dengan Air
a.
Apungkan secarik kertas
saring di atas permukaan air dalam pinggan penguapan. Jepit sepotong kecil natrium dan letakkan di atas kertas
itu. Perhatikan! Jangan pegang
natrium dengan tangan dan jangan dekat dengan tempat reaksi. Setelah reaksi
selesai, periksalah air di dalam pinggan tersebut dengan 1 tetes fenolftalein,
catat perubahan yang terjadi.
b. Balikkan tabung reaksi yang berisi air dan masukkan di dalam gelas kimia
yang juga berisi air. Masukkan sepotong kecil Ca ke dalam gelas kimia itu dan
segera tutup Ca itu dengan tabung reaksi yang berisi air. Dalam tabung itu
terjadi gas. Setelah reaksi selesai, periksalah gas itu dengan nyala kecil, apa
yang terjadi? Kemudian periksalah airnya dengan fenolftalein, catat perubahan
warna yang terjadi.
c. Bersihkan sepotong Mg dengan amplas, masukkan Mg itu ke dalam air.Tunggu
beberapa menit, apa yang terjadi? Kemudian periksalah airnya dengan
penolftalein, catat perubahan warna yang terjadi.
Reaksi
Nyala
Bersihkan kawat nikrom dengan cara mencelupkannya ke
dalam larutan HCl pekat, kemudian panaskan kawat itu dalam nyala. Ulangi
pekerjaan itu sampai tidak tampak warna lain dalam nyala (kawat yang bersih,
tidak mengubah warna nyala). Kemudian celupkan lawat ke dalam larutan LiCl
pekat dan periksa warnanya dalam nyala. Dengan cara yang sama periksa warna
nyala NaCl, MgCl2, SrCl2 dan BaCl2.
Kelarutan
senyawa logam alkali tanah
a. Masukkan ke
dalam tiga tabung reaksi berturut-turut 1 ml larutan Ca(NO3)2
0,1 M, 1 ml lar. 0,1 M Sr(NO3)2 dan 1 ml Ba(NO3)2
0,1 M. Teteskan dengan pipet tetes larutan (NH4)2C2O4
0,1 M ke dalam masing-masing tabung di atas sampai tepat terbentuk endapan
(atau keruh). Catat jumlah tetes yang digunakan sampai terbentuk endapan. Jika
tidak terbentuk endapan sampai penambahan 20 tetes, hentikan penetesan .
b. Kerjakan
seperti pada (1), tetapi gantilah larutan amonium oksalat dengan larutan (NH4)2SO4
0,1 M dan kemudian dengan larutan K2CrO4 0,1 M.
2.
Pengenalan Halogen
a. Brom. Tambahkan 10 tetes CCl4 ke
dalam 1 ml lar. Brom, kocok perlahan-lahan. Dan amati perubahan warna lapisan
CCl4.
b. Iod. Tambahkan beberapa tetes larutan kanji ke
dalam larutan Iod, catat warna yang terjadi.
E. Evaluasi
1. Apa sebab terjadi perubahan warna pada
fenolftalein ?
2. Jika label dalam botol-botol larutan
Ca(NO3)2, Sr(NO3)2, dan Ba(NO3)2
terlepas, bagaimana anda dapat mengetahui isi botol itu ? Susun suatu cara
kerja agar label pada botol dapat dikembalikan dengan benar.
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih
bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry,
New York: John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980,
Fundamental of Chemistry laboratory Students.
4th Ed.New York : Academic Press, Inc
PERCOBAAN 3
REAKSI
DALAM LARUTAN BERAIR
A.
Tujuan Percobaan
1. Mempelajari
reaksi yang berlangsung dalam larutan berair
2. Mengetahui persamaan molekul, persamaan ionik
dan persamaan ionik total dari suatu reaksi
B. Dasar Teori
Salah satu jenis reaksi yang
umumnya berlangsung dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan
(precipitation reaction) dengan ciri terbentuknya produk yang tak terlarut atau
endapan. Endapan adalah padatan tak terlarut yang terpisah dari larutan. Reaksi
pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
Untuk meramalkan apakah endapan
akan terbentuk jika dua larutan dicampurkan dapat digunakan konsep kelarutan
dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Dalam konteks kualitatif ahli
kimia membagi zat-zat sebagai zat dapat larut, sedikit larut atau tak dapat
larut. Zat dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila
ditambahkan air. Jika tidak zat tersebut digambarkan sebagai sedikit larut atau
tidak dapat larut. Semua senyawa ionik merupakan elektrolit kuat tapi daya
larutnya tidak sama.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- labu ukur 10 ml (5)
- tabung reaksi (4)
2. Bahan
-
KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan
K3PO4 , (NH4)2SO4 1 M 1
M
- Ca(NO3)2
0.1 M
-
akuades
D. Cara Kerja
1. Mengencerkan larutan KCl, NaNO3,
CuSO4, NaOH dan K3PO4 1 M menjadi larutan KCl, NaNO3, CuSO4,
NaOH dan K3PO4 0,2
M menggunakan labu ukur 10 ml
2. Mereaksikankan
kedua senyawa berikut dalam tabung reaksi dan mengamati perubahan yang terjadi.
a. 2 ml Larutan KCl 0,1 M dan 2 ml larutan NaNO3
0,1 M
b. 2
ml Larutan CuSO4 0,1 M dan 2 tetes larutan NaOH 0,1 M
c. 3 ml (NH4)2SO4 1 M
dan 2 ml NaOH 1 M
d. 2 ml K3PO4 0,1 M dan 2 ml Ca(NO3)2
0.1 M
3. Menuliskan persamaan molekul, persamaan ionik dan
persamaan ionik total dari suatu reaksi
E.
Evaluasi
1. Apakah
perbedaan antara persamaan ionik dan persamaan molekul?
2. Apakah
keuntungan dari penulisan persamaan ionik total untuk reaksi pengendapan?
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih
bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry,
New York: John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980,
Fundamental of Chemistry laboratory
Students. 4th Ed.New York : Academic Press, Inc
PERCOBAAN 4
STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENENTUAN KADAR
ASAM CUKA PERDAGANGAN
A.Tujuan Percobaan
1.
Menentukan
molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam
oksalat.
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan
B. Dasar Teori
Asidimetri dan alkalimetri adalah analisis
kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya dibedakan pada
larutan standarnya. Analisis tersebut
dilakukan dengan cara titrasi. Pada
titrasi basa terhadap asam cuka, reaksinya adalah :
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) +
H2O
Pada
titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan dihasilkan garam
yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Garam natrium asetat ini akan terurai sempurna karena senyawa itu adalah
garam, sedang ion asam asetat akan terhidrolisis oleh air.
CH3COONa CH3COO- +
Na+
CH3COO- +
H2O CH3COOH
+ OH-
Ion asetat akan terhidrolisis
oleh molekul air, menghasilkan molekul asam asetat dan ion hidroksi. Oleh karena itu larutan garam dari basa kuat
dan asam lemah seperti natrium asetat, akan bersifat basa dalam air
(pH>7). Apabila garam tersusun dari
basa lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7). Sedang garam yang tersusun dari basa dan asam
kuat, larutan dalam air akan bersifat netral (pH=7). Hidrolisis hanya terhadap asam lemah, basa
lemah, ion basa dan ion asam lemah.
Titik ekuivalen pada proses titrasi asam cuka dengan larutan natrium
hidroksida akan diperoleh pada pH>7.
Untuk mengetahui titik ekuivalen diperlukan indikator tertentu sebagai
penunjuk selesainya proses titrasi.
Warna indikator berubah oleh pH larutan.
Warna pada pH rendah tidak sama dengan warna pada pH tinggi. Dalam
titrasi asam asetat dengan NaOH, dipakai indikator semacam itu.
Pada analisis
asam asetat dalam cuka perdagangan akan
diperoleh informasi apakah kadar yang tertulis pada etiket sudah benar dan
tidak menipu. Analisis dilakukan dengan
menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH standar.
CH3COOH(aq) + NaOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O
Gram
ekuivalen dari asam asetat dapat dihitung yaitu :
Grek asam asetat = VNaOH
´ MNaOH
Dalam
hal ini molaritas NaOH sama dengan normalitas NaOH karena valensi NaOH =1.
VNaOH
= volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan semua asam asetat
dalam
larutan.
Karena
valensi asam asetat = 1, maka 1 grek asam asetat = 1 mol.
Berat
asam asetat (gram) = grek asam asetat ´
BM asam asetat.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Labu ukur 100 ml
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer
- pipet
ukur
2. Bahan
- Asam
Oksalat
- Lar. NaOH
- Asam cuka perdagangan
- indikator p.p
D. Cara Kerja
a.Penentuan Molaritas NaOH
- Ditimbang
1,26 g asam oksalat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah
dengan air suling hingga volume tepat 100 mL.
- Satu
buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah
disiapkan.
- Dituang
10 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer, ditambah 10 mL air suling dan 1-2
tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga
warna merah jambu hilang.
- Titrasi
dilakukan 3 kali.
b.Penetapan Kadar Asam Cuka
Perdagangan
1.
Diambil 10 mL larutan cuka
perdagangan dengan pipet ukur, kemudian dimasukkan dalam labu ukur kapasitas
100 mL dan diencerkan hingga volume 100 mL.
2.
Diambil 10 mL larutan encer
(1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 mL dan ditambah 2 tetes
indikator pp.
3.
Larutan ini dititrasi
dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna.
4.
Titrasi dilakukan 3 kali.
5.
Setelah selesai buret harap
dicuci dengan asam pencuci (sisa asam asetat perdagangan).
PENGAMATAN 1
Titrasi
I
|
Titrasi
II
|
Titrasi
III
|
Vrata-rata
|
|
VNaOH
|
||||
VH2C2O4.2H2O
|
PENGAMATAN 2
Merk
asam cuka yang dipakai………………..
Titrasi
I
|
Titrasi
II
|
Titrasi
III
|
|
Skala
awal buret
|
|||
Skala
akhir buret
|
|||
Vol.
NaOH (mL)
|
Volume rata-rata NaOH yang digunakan : ……………………….
E. EVALUASI
- Apakah
yang dimaksud dengan larutan standar?
- Apa
itu larutan standar primer dan sekunder?
- Bila
larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator pp, apakah
tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp?Jelaskan!
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih
bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry,
New York: John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980,
Fundamental of Chemistry laboratory
Students. 4th Ed.New York : Academic Press, Inc
PERCOBAAN
5
EKSTRAKSI
PELARUT
A.
Tujuan Percobaan
1.
Mengetahui cara memisahkan
dan memurnikan zat
2.
Mengetahui cara ekstraksi
pelarut dengan menggunakan corong pisah
B.
Dasar Teori
Hukum
distribusi atau partisi cukup diketahui bahwa zat-zat tertentu lebih mudah
larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan dengan pelarut-pelarut
yang lain. Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat
bercampur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan nalitis.
Bahkan dimana tujuan primer bukan analisis namun preparatif. Ekstraksi pelarut
dapat merupakan salah satu langkah penting dalam memurnikan zat. Singkatnya
ekstraksi pelarut adalah cara memisahkan zat terlarut dengan dengan menggunakan
pelarut lain yang mempunyai daya melarutkan yang berbeda dengan pelarut yang
semula. Misalnya, memisahkan iod terlarut dalam air dengan menggunakan
kloroform atau karbon tetraklorida.
Angka
banding konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan asal temperatur konstan,
yaitu
Kd ::
Tetapan Kd dikenal
sebagai koefisien distribusi atau partisi. Penting untuk mencatat bahwa angka
banding c2/c1 hanya konstan bila zat yang terlarut mempunyai massa molekul
relative yang sama untuk kedua pelarut itu. Hukum distribusi atau partisi dapat
dirumuskan: “ bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang
tak-dapat-campur, maka pada suatu temperature yang konstan untuk tiap spesi
molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut
itu, dan angka banding distribusi ini tak bergantung pada spesi molekul lain
apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua
pelaru, sifat dasar zat terlarut dan temperature.
C.
Alat dan Bahan
A.
Alat
§ Tabung
reaksi
§ Corong
pisah 100 ml
§ Corong
penyaring
§ Gelas
ukur 10 ml
§ Gelas
beker 100 ml
§ Erlenmeyer
§ Pengaduk
B.
Bahan
§ Iod
§ CCl4
§ Akuades
D.
Cara Kerja
1.
Dimasukan sebutir kecil Iod
ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml
akuades, dikocok dan perhatikan warna larutan.
2.
Diambil 1 ml CCl4,
perhatikan warnanya lalu masukkan ke dalam larutan Iod, dikocok dan perhatiakan
kembali warnanya.
3.
Diambil beberapa butir Iod
lalu masukkan ke dalam gelas beker berisi 25 ml akuades dan aduk sampai larut.
4.
Larutan Iod dipindahkan ke
corong pisah dalam keadaan kran tertutup.
5.
Dimasukkan 10 ml CCl4 ke dalam corong pisah yang berisi larutan Iod
tadi.
6.
Dipasang sumbat corong
pisah dan pegang corong dengan posisi ibu jari kanan menekan tutup dan jari
kiri memegang kran.
7.
Buka kran sebentar (ujung
pipa jangan menghadap muka/ wajah) tutup kran kembali dan gojoglah.
8.
Membuka kran sebentar,
tutup kembali lalu gojog.
9.
Mengulangi langkah no 8
sampai tak terdengar bunyi gas keluar saat membuka kran.
10.
Setelah selesai digojog,
segera buka tutup corong lalu pisahkan kedua lapisan melalui kran dan tampung
lapisan bawah dengan Erlenmeyer dan lapisan atas dengan tempat yang berbeda.
PENGAMATAN
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1
|
Iod + akuades 5 ml
|
||
2
|
Larutan no 1 + CCl4
1 ml
|
||
3
|
Iod + 25 ml
akuades
|
||
4
|
Larutan no 2 + CCl4
10 ml (dalam corong pisah)
|
E.
Evaluasi
1.
Apakah tujuan dilakukannya
ekstraksi pelarut?
2.
Apakah yang anda ketahui
tentang rendemen?
F.
Daftar Pustaka
1.
Aloysius Hardyana
Pudjaatmaka, 1989, Analisis Kimia Kuantatif,
Jakarta : Erlangga.
2.
Vogel, 1979, Testbook of Macro and Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis, London : Longman Group Limited.
PERCOBAAN 6
REAKSI OKSIDASI-REDUKSI
A.
Tujuan
1.
Menjelaskan tentang reaksi
redoks
2.
Menuliskan reaksi redoks
3.
Menentukan urutan
reaktivitas logam-logam berdasarkan reaksi redoks
B.
Dasar Teori
Setiap logam
mempunyai sifat reduktor, hal ini disebabkan kecenderungan melepaskan electron
atau mengalami oksidasi. Ada yang bersifat reduktor kuat (mudah teroksidasi)
seperti logam-logam alkali, namun ada pula yang bersifat reduktor lemah (sukar
teroksidasi) seperti logam-logam mulia.
Pada tahun 1825
Alessandro Giuseppe Volta (1745-1827) dari italia menyusun urutan logam-logam
yang dikenal saat itu yang berjumlah 20 jenis, dari reduktor terkuat sampai
reduktor terlemah berdasarkan eksperimen. Urutan tersebut dinamakan “Deret
Volta”. Air dan hydrogen meskipun bukan logam dimasukkan juga oleh Volta.
Deretnya sbb.:
K-Ba-Ca-Na-Mg-(H2O)-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Makin kekiri letak
suatu logam dalam deret Volta sifat reduktornya makin kuat. Oleh karena itu,
suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion di sebelah kanannya
tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion disebelah kirinya. Dalam menuliskan reaksi
redoks bisa dengan reaksi setengah.
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat
§ Tabung
reaksi
§ Rak
tabung reaksi
§ Kertas
amplas
§ Lempeng
logam Zn, Fe, Cu, Pb
2.
Bahan
§ Pb(NO3)
0,1 M
§ ZnSO4
0,1 M
§ HCl
3 M
§ Fe(NO3)2
0,1 M
§ CuSO4
0,1 M
D.
Cara Kerja
1
Digosok logam Zn dengan
menggunakan ampelas kemudian dipotong kecil-kecil dengan ukuran 0,5 cm x 0,5
cm.
2
Diambil 12 buah tabung
reaksi kemudian mengisi berturut-turut dengan larutan CuSO4 0,1 M;
Fe(NO3)3 0,1 M; ZnSO4 0,1 M; Pb(NO3)2 0,1 M dan HCl
3 M.
3
Dimasukkan sepotong logam
Zn yang telah digosok ke dalam masing-masing larutan di atas kemudian mengamati
apa yang terjadi.
4
Mengulangi percobaan 1
sampai dengan 3 dengan mengganti logan Zn dengan lempeng logam Fe, Mg dan Cu.
5
Menuliskan reaksi-reaksi
yang terjadi kemudian membuat kesimpulan urutan reaktivitas logam-logam Zn, Fe,
Mg dan Cu
E.
Evaluasi
1
Tuliskan reaksi redoks (setengah
reaksi) yang mungkin terjadi hasil dari percobaan anda?
2
Buat setimbang reaksi
oksidasi ion plumbit, (Pb(OH)3- menjadi plumbum dioksida
dengan oksidator ion hipoklorit dalam
suasana basa berikut ini:
Pb(OH)3-
+ OCl- PbO2 + Cl-
F.
Daftar Pustaka
1
Vogel, 1979, Testbook of Macro and Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis, London : Longman Group Limited
2
Brady, 1998, General
Chemistry Principles & Structure, Alih Bahasa : Sukmariah Maun dkk, , 1999, Kimia
Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1, Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.