Home » » Laporan Praktikum Kimia (STOIKIOMETRI REAKSI-Sistem Periodik Unsur-Reaksi dalam Larutan Berair -Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya dalam penentuan kadar Asam Cuka Perdagangan-Ekstraksi Pelarut - Reaksi Reduksi-Oksidasi)

Laporan Praktikum Kimia (STOIKIOMETRI REAKSI-Sistem Periodik Unsur-Reaksi dalam Larutan Berair -Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya dalam penentuan kadar Asam Cuka Perdagangan-Ekstraksi Pelarut - Reaksi Reduksi-Oksidasi)

Written By profitgoonline on Friday, 24 May 2013 | 02:15


PERCOBAAN 1
STOIKIOMETRI REAKSI
A.     Tujuan Percobaan
1         Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan perubahan temperatur
2        Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol

B.     Dasar Teori
Ilmu kimia adalah ilmu yang dikembangkan berdasarkan eksperimen melalui pendekatan ilmiah. Ilmu kimia mempelajari perubahan zat baik secara fisik maupun secara kimia. Perubahan yang mengahasilkan zat baru yang jenis dan sifatnya berbeda dari zat pembentuknya disebut sebagai perubahan kimia atau reaksi kimia. Perubahan kimia ini dapat diamati dari terbentuknya hasil reaksi seperti timbulnya gas, endapan, terjadi perubahan warna dan perubahan kalor.
Untuk memudahkan dalam merancang suatu eksperimen, maka perlu menuliskan persamaan reaksi kimia, yang menunjukkan zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi, untuk menunjukkan bahwa reaksi setara, diungkapkan dengan koefisien reaksi. Koefisien reaksi merupakan konversi yang menunjukkan jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi atau menyatakan pula jumlah mol senyawa yang bereaksi. Contoh : reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen membentuk gas amonia, persamaan reaksinya:
N2 (g) + 3 H2 (g)    2 NH3 (g)
Persamaan ini menyatakan bahwa 1 molekul nitrogen bereaksi dengan 3 molekul hidrogen membentuk 2 molekul amonia atau konversi ke mol menjadi 1 mol nitrogen bereaksi dengan 3 mil hidrogen menbentuk 2 mol amonia. Angka 1, 3 dan 2 adalah koefisien reaksi sebagai faktor konversi.
Secara laboratorium, untuk mengetahui koefisien dalam persamaan kimia diperlukan sederetan data hasil percobaan. Salah satu cara sederhana untuk menentukan koefisien reaksi dengan metode variasi kontinu. Prinsip dasarnya dalam sederetan percobaan yang dilakukan, jumlah moler total campuran pereaksi dibuat tetap sedangkan jumlah molar masing-masing dibuat berubah secara teratur (diberagamkan secara beraturan dan kontu). Perubahan yang terjadi akibat adanya reaksi antara campuran pereaksi seperti massa, volum dan suhu dialurkan terhadap jumlah molar masing-masing pereaksi dalam suatu grafik, sehingga diperoleh titik optimum. Titik optimum yang terbentuk menyatakan perbandingan koefisien dari masing-masing pereaksi.

C. Alat dan Bahan
1.  Alat
- gelas beker 50 ml                 (4)
- mistar ukuran 20 cm           (1)
- termometer                     (2)

2. Bahan
- NaOH 0,1 M                                              
- NaOH 1,0 M                                              
- CuSO4 0,1 M                             
- HCl 1,0 M                                    
D. Cara Kerja
1. Stokiometri Reaksi Pengendapan
a. Sediakan dua buah gelas beker 50 ml. Ke dalam 1 gelas beker masukkan 5 ml NaOH 0,1 M. Pada gelas beker yang lain masukkan 25 ml CuSO4 0,1 M. Campurkan kedua larutan itu kemudian kocok.
b. Biarkan campuran tersebut agar endapan yang terbentuk berada di dasar gelas beker.
c. Ukur tinggi endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar akurat terapkan satuan mili-meter).
d. Lakukan cara yang sama dengan langkah (a-c) untuk percobaan berikut, dengan mengubah volume pereaksi masing-masing tetapi volume total tetap 30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M
- 15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO4 0,1 M
- 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml CuSO4 0,1 M
- 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml CuSO4 0,1 M
e.  Buat grafik yang menyatakan hubungan antara tinggi endapan (sumbu y) dan volume larutan (sumbu x), sehingga diperoleh titik optimum kurva.
f.   Dari grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
g.  Bandingkan dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan persamaan reaksi.
h.Tentukan rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.
2. Stokiometri Sistem Asam-Basa
a. Ke dalam gelas beker 50 ml, masukkan 5 ml NaOH 1,0 M dan ke dalam gelas beker lainnya masukkan 25 ml HCl 1,0 M. Kemudian ukur temperatur kedua larutan tersebut (TM ) dan diusahakan agar sama (dapat dilakukan dengan merendam kedua gelas beker tersebut dalam penangas air.
b.  Campurkan kedua larutan tersebut hingga volume total 30 ml, ukur temperatur campuran dan catat suhu maksimum yang konstan ( TA ).
c.  Lakukan cara yang sama untuk percobaan berikut dengan mengubah volume pereaksi masing-masing hingga volume total campuran adalah 30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 1,0 M dan 20 ml HCl 1,0  M
- 15 ml NaOH 1,0 M dan 15 ml HCl 1,0  M
- 20 ml NaOH 1,0 M dan 10 ml HCl 1,0  M
- 25 ml NaOH 1,0 M dan 5 ml HCl 1,0  M
d.  Buat grafik yang menyatakan hubungan antara perubahan temperatur (sumbu y) dan volume asam/basa (sumbu x).
f.   Dari grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
g.  Bandingkan dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan persamaan reaksi.
h.  Tentukan rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.

E. Analisis Data
Pada percobaan D.2 dan D.3, berdasarkan grafik yang diperoleh dari data antara perubahan temperatur / tinggi endapan terhadap volume masing-masing pereaksi ditentukan stokiometri reaksi dengan mengubah satuan volume masing-masing pereaksi pada titik optimum menjadi mol.
mol = molaritas larutan (M)  x volume larutan (V)
Sehingga diperoleh perbandingan mol = perbandingan koefisien reaksi.

F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New York : Academic Press, Inc




PERCOBAAN 2
SISTEM PERIODIK UNSUR
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal unsur halogen dan ion halida
2. Mempelajari kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur halogen
3.  Mempelajari keperiodikan sifat logam-logam alkali dan alkali tanah
B. Dasar Teori
Kofigurasi elektron unsur-unsur menunjukkan suatu keragaman periodik dengan bertambahnya nomor atom. Akibatnya, unsur-unsur juga akan menunjukkan keragaman periodik dalam perilaku fisis dan kimianya.
Pada umumnya unsur-unsur yang segolongan dalam Sistem Periodik Unsur mempunyai sifat yang hampir mirip. Unsur-unsur tersebut sifat-sifatnya akan bertambah atau berkurang secara periodik dari atas ke bawah. Begitu pula jika unsur-unsur itu membentuk senyawa. Sifat-sifat senyawa yang terbentuk juga mirip. Namun ada perbedaan sifat pada senyawa itu yang disebabkan oleh perbedaan ukuran atom atau ion unsur-unsur tersebut.
Dengan menentukan kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur golongan halogen, maka akan diperoleh suatu pengertian mengenai kecenderungan unsur-unsur untuk menarik elektron. Kecenderungan untuk menarik elektron itu dapat dihubungkan dengan berubahnya ukuran atom dan ukuran ion.
Logam alkali dan alkali tanah mempunyai warna yang khas. Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi logam alkali maupun alkali tanah dengan air, warna nyala logam alkali dan alkali tanah dan kelarutan senyawa alkali tanah dalam air. Perbedaan kelarutan senyawa-senyawa logam alkali tanah dapat digunakan untuk membedakan ion-ion logam alkali tanah.

C. Alat dan Bahan
1. Alat
-    Tabung reaksi
-    Rak tabung reaksi
-    Pinggan penguapan
-    Gelas kimia 500 ml
-    Gelas ukur 10 ml
-    pipet tetes
-    Kawat nikrom
2. Bahan
-    Larutan NaF, NaCl, NaBr dan NaI
-    Larutan Brom (0,5 ml Br2/ 100 ml air)
-    Larutan Iod (0,5 g I2/100 ml etanol)
-    Larutan kanji
-    Larutan CCl4
-    Larutan AgNO3 0,1 M
-    Larutan Na.tio sulfat 2 M
-    Logam Na, Mg, dan Ca
-    Larutan pekat LiCl, NaCl, MgCl2, BaCl2, SrCl2
-    Ca(NO3)2 0,1 M, Ba(NO3)2 0,1 M, Sr(NO3)2 0,1 M, (NH4)2C2O4 0,1 M, K2CrO4 0,1 M, (NH4)2SO4 0,1 M
-    Larutan fenolftalein
D. Cara Kerja
1. Pengenalan golongan alkali dan alkali tanah
Reaksi dengan Air
a.   Apungkan secarik kertas saring di atas permukaan air dalam pinggan penguapan. Jepit sepotong kecil natrium dan letakkan di atas kertas itu. Perhatikan! Jangan pegang natrium dengan tangan dan jangan dekat dengan tempat reaksi. Setelah reaksi selesai, periksalah air di dalam pinggan tersebut dengan 1 tetes fenolftalein, catat perubahan yang terjadi.
b. Balikkan tabung reaksi yang berisi air dan masukkan di dalam gelas kimia yang juga berisi air. Masukkan sepotong kecil Ca ke dalam gelas kimia itu dan segera tutup Ca itu dengan tabung reaksi yang berisi air. Dalam tabung itu terjadi gas. Setelah reaksi selesai, periksalah gas itu dengan nyala kecil, apa yang terjadi? Kemudian periksalah airnya dengan fenolftalein, catat perubahan warna yang terjadi.
c. Bersihkan sepotong Mg dengan amplas, masukkan Mg itu ke dalam air.Tunggu beberapa menit, apa yang terjadi? Kemudian periksalah airnya dengan penolftalein, catat perubahan warna yang terjadi.
Reaksi Nyala
Bersihkan kawat nikrom dengan cara mencelupkannya ke dalam larutan HCl pekat, kemudian panaskan kawat itu dalam nyala. Ulangi pekerjaan itu sampai tidak tampak warna lain dalam nyala (kawat yang bersih, tidak mengubah warna nyala). Kemudian celupkan lawat ke dalam larutan LiCl pekat dan periksa warnanya dalam nyala. Dengan cara yang sama periksa warna nyala NaCl, MgCl2, SrCl2 dan BaCl2.
Kelarutan senyawa logam alkali tanah
a. Masukkan ke dalam tiga tabung reaksi berturut-turut 1 ml larutan Ca(NO3)2 0,1 M, 1 ml lar. 0,1 M Sr(NO3)2 dan 1 ml Ba(NO3)2 0,1 M. Teteskan dengan pipet tetes larutan (NH4)2C2O4 0,1 M ke dalam masing-masing tabung di atas sampai tepat terbentuk endapan (atau keruh). Catat jumlah tetes yang digunakan sampai terbentuk endapan. Jika tidak terbentuk endapan sampai penambahan 20 tetes, hentikan penetesan .
b. Kerjakan seperti pada (1), tetapi gantilah larutan amonium oksalat dengan larutan (NH4)2SO4 0,1 M dan kemudian dengan larutan K2CrO4 0,1 M.
2. Pengenalan Halogen
a.  Brom. Tambahkan 10 tetes CCl4 ke dalam 1 ml lar. Brom, kocok perlahan-lahan. Dan amati perubahan warna lapisan CCl4.
b.  Iod. Tambahkan beberapa tetes larutan kanji ke dalam larutan Iod, catat warna yang terjadi.
E. Evaluasi
1.  Apa sebab terjadi perubahan warna pada fenolftalein ?
2. Jika label dalam botol-botol larutan Ca(NO3)2, Sr(NO3)2, dan Ba(NO3)2 terlepas, bagaimana anda dapat mengetahui isi botol itu ? Susun suatu cara kerja agar label pada botol dapat dikembalikan dengan benar.
F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New York : Academic Press, Inc
PERCOBAAN 3
REAKSI DALAM LARUTAN BERAIR

A. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari reaksi yang berlangsung dalam larutan berair
2.  Mengetahui persamaan molekul, persamaan ionik dan persamaan ionik total dari suatu reaksi
B. Dasar Teori
                Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan (precipitation reaction) dengan ciri terbentuknya produk yang tak terlarut atau endapan. Endapan adalah padatan tak terlarut yang terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
                Untuk meramalkan apakah endapan akan terbentuk jika dua larutan dicampurkan dapat digunakan konsep kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Dalam konteks kualitatif ahli kimia membagi zat-zat sebagai zat dapat larut, sedikit larut atau tak dapat larut. Zat dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan air. Jika tidak zat tersebut digambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat larut. Semua senyawa ionik merupakan elektrolit kuat tapi daya larutnya tidak sama.
C. Alat dan Bahan
      1. Alat
            -  labu ukur 10 ml (5)
            - tabung reaksi (4)
      2. Bahan
            -  KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4 , (NH4)2SO4 1 M 1 M
            -  Ca(NO3)2 0.1 M
            -  akuades
D. Cara Kerja
1.  Mengencerkan larutan KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4 1 M menjadi larutan KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4  0,2 M menggunakan labu ukur 10 ml
2.  Mereaksikankan kedua senyawa berikut dalam tabung reaksi dan mengamati perubahan yang terjadi.
a. 2 ml Larutan KCl 0,1 M dan 2 ml larutan NaNO3 0,1 M
b.  2 ml Larutan CuSO4 0,1 M dan 2 tetes larutan NaOH 0,1 M
c. 3 ml (NH4)2SO4 1 M dan 2 ml NaOH 1 M
d. 2 ml K3PO4 0,1 M dan 2 ml Ca(NO3)2 0.1 M
3. Menuliskan persamaan molekul, persamaan ionik dan persamaan ionik total dari suatu reaksi
E. Evaluasi
1.  Apakah perbedaan antara persamaan ionik dan persamaan molekul?
2.  Apakah keuntungan dari penulisan persamaan ionik total untuk reaksi pengendapan?



F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New York : Academic Press, Inc




PERCOBAAN 4
STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN

A.Tujuan Percobaan
1.       Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.
2.   Menetapkan kadar asam cuka perdagangan
B. Dasar Teori
Asidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif  volumetri berdasarkan reaksi netralisasi.  Keduanya dibedakan pada larutan standarnya.  Analisis tersebut dilakukan dengan cara titrasi.  Pada titrasi basa terhadap asam cuka, reaksinya adalah :
NaOH(aq) + CH3COOH(aq)                   CH3COONa(aq) + H2O
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.  Garam natrium asetat ini akan terurai sempurna karena senyawa itu adalah garam, sedang ion asam asetat akan terhidrolisis oleh air.
CH3COONa                       CH3COO- + Na+
CH3COO- + H2O                       CH3COOH + OH-
                Ion asetat akan terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul asam asetat dan ion hidroksi.  Oleh karena itu larutan garam dari basa kuat dan asam lemah seperti natrium asetat, akan bersifat basa dalam air (pH>7).  Apabila garam tersusun dari basa lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7).  Sedang garam yang tersusun dari basa dan asam kuat, larutan dalam air akan bersifat netral (pH=7).  Hidrolisis hanya terhadap asam lemah, basa lemah, ion basa dan ion asam lemah.  Titik ekuivalen pada proses titrasi asam cuka dengan larutan natrium hidroksida akan diperoleh pada pH>7.  Untuk mengetahui titik ekuivalen diperlukan indikator tertentu sebagai penunjuk selesainya proses titrasi.  Warna indikator berubah oleh pH larutan.  Warna pada pH rendah tidak sama dengan warna pada pH tinggi. Dalam titrasi asam asetat dengan NaOH, dipakai indikator semacam itu. 
Pada  analisis asam asetat dalam cuka perdagangan  akan diperoleh informasi apakah kadar yang tertulis pada etiket sudah benar dan tidak menipu.  Analisis dilakukan dengan menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH standar.
                CH3COOH(aq) +  NaOH (aq)                CH3COONa(aq) + H2O
Gram ekuivalen dari asam asetat dapat dihitung yaitu :
                Grek asam asetat = VNaOH ´ MNaOH
Dalam hal ini molaritas NaOH sama dengan normalitas NaOH karena valensi      NaOH =1.
VNaOH = volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan semua asam asetat
dalam larutan.
Karena valensi asam asetat = 1, maka 1 grek asam asetat = 1 mol.
Berat asam asetat (gram) = grek asam asetat ´ BM asam asetat.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Labu ukur 100 ml
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer
- pipet ukur

2. Bahan
- Asam Oksalat
- Lar. NaOH
- Asam cuka perdagangan
- indikator p.p
D. Cara Kerja
a.Penentuan Molaritas NaOH
  1. Ditimbang 1,26 g asam oksalat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan air suling hingga volume tepat 100 mL.
  2. Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah disiapkan.
  3. Dituang 10 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer, ditambah 10 mL air suling dan 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang.
  4. Titrasi dilakukan 3 kali.
b.Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
1.       Diambil 10 mL larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur, kemudian dimasukkan dalam labu ukur kapasitas 100 mL dan diencerkan hingga volume 100 mL.
2.      Diambil 10 mL larutan encer (1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 mL dan ditambah 2 tetes indikator pp.
3.       Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna.
4.      Titrasi dilakukan 3 kali.
5.      Setelah selesai buret harap dicuci dengan asam pencuci (sisa asam asetat perdagangan).


PENGAMATAN 1

Titrasi I
Titrasi II
Titrasi III
Vrata-rata
VNaOH


        

VH2C2O4.2H2O





PENGAMATAN 2
Merk asam cuka yang dipakai………………..

Titrasi I
Titrasi II
Titrasi III
Skala awal buret



Skala akhir buret



Vol. NaOH  (mL)




Volume rata-rata NaOH yang digunakan : ……………………….

E. EVALUASI
  1. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar?
  2. Apa itu larutan standar primer dan sekunder?
  3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator pp, apakah tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp?Jelaskan!


F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New York : Academic Press, Inc


PERCOBAAN 5
EKSTRAKSI PELARUT
A.     Tujuan Percobaan
1.       Mengetahui cara memisahkan dan memurnikan zat
2.      Mengetahui cara ekstraksi pelarut dengan menggunakan corong pisah

B.     Dasar Teori
Hukum distribusi atau partisi cukup diketahui bahwa zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan dengan pelarut-pelarut yang lain. Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat bercampur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan nalitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analisis namun preparatif. Ekstraksi pelarut dapat merupakan salah satu langkah penting dalam memurnikan zat. Singkatnya ekstraksi pelarut adalah cara memisahkan zat terlarut dengan dengan menggunakan pelarut lain yang mempunyai daya melarutkan yang berbeda dengan pelarut yang semula. Misalnya, memisahkan iod terlarut dalam air dengan menggunakan kloroform atau karbon tetraklorida.
Angka banding konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan asal temperatur konstan, yaitu
Kd  ::  

Tetapan Kd dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi. Penting untuk mencatat bahwa angka banding c2/c1 hanya konstan bila zat yang terlarut mempunyai massa molekul relative yang sama untuk kedua pelarut itu. Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: “ bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tak-dapat-campur, maka pada suatu temperature yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tak bergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelaru, sifat dasar zat terlarut dan temperature.

C.      Alat dan Bahan
A.     Alat
§  Tabung reaksi
§  Corong pisah 100 ml
§  Corong penyaring
§  Gelas ukur 10 ml
§  Gelas beker 100 ml
§  Erlenmeyer
§  Pengaduk
B.     Bahan
§  Iod
§  CCl4
§  Akuades

D.     Cara Kerja
1.       Dimasukan sebutir kecil Iod ke dalam  tabung reaksi yang berisi 5 ml akuades, dikocok dan perhatikan warna larutan.
2.      Diambil 1 ml CCl4, perhatikan warnanya lalu masukkan ke dalam larutan Iod, dikocok dan perhatiakan kembali warnanya.
3.       Diambil beberapa butir Iod lalu masukkan ke dalam gelas beker berisi 25 ml akuades dan aduk sampai larut.
4.      Larutan Iod dipindahkan ke corong pisah dalam keadaan kran tertutup.
5.      Dimasukkan 10 ml CCl4  ke dalam corong pisah yang berisi larutan Iod tadi.
6.      Dipasang sumbat corong pisah dan pegang corong dengan posisi ibu jari kanan menekan tutup dan jari kiri memegang kran.
7.       Buka kran sebentar (ujung pipa jangan menghadap muka/ wajah) tutup kran kembali dan gojoglah.
8.      Membuka kran sebentar, tutup kembali lalu gojog.
9.      Mengulangi langkah no 8 sampai tak terdengar bunyi gas keluar saat membuka kran.
10.   Setelah selesai digojog, segera buka tutup corong lalu pisahkan kedua lapisan melalui kran dan tampung lapisan bawah dengan Erlenmeyer dan lapisan atas dengan tempat yang berbeda.

PENGAMATAN
No.
Perlakuan
Pengamatan
Sebelum
Sesudah
1
Iod + akuades 5 ml


2
Larutan no 1 + CCl4  1 ml


3
Iod + 25 ml akuades


4
Larutan no 2 + CCl4 10 ml (dalam corong pisah)



E.      Evaluasi
1.       Apakah tujuan dilakukannya ekstraksi pelarut?
2.      Apakah yang anda ketahui tentang rendemen?

F.      Daftar Pustaka
1.       Aloysius Hardyana Pudjaatmaka, 1989, Analisis Kimia Kuantatif, Jakarta : Erlangga.
2.      Vogel, 1979, Testbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, London : Longman Group Limited.

PERCOBAAN 6
REAKSI OKSIDASI-REDUKSI

A.     Tujuan
1.       Menjelaskan tentang reaksi redoks
2.      Menuliskan reaksi redoks
3.       Menentukan urutan reaktivitas logam-logam berdasarkan reaksi redoks

B.     Dasar Teori
Setiap logam mempunyai sifat reduktor, hal ini disebabkan kecenderungan melepaskan electron atau mengalami oksidasi. Ada yang bersifat reduktor kuat (mudah teroksidasi) seperti logam-logam alkali, namun ada pula yang bersifat reduktor lemah (sukar teroksidasi) seperti logam-logam mulia.
Pada tahun 1825 Alessandro Giuseppe Volta (1745-1827) dari italia menyusun urutan logam-logam yang dikenal saat itu yang berjumlah 20 jenis, dari reduktor terkuat sampai reduktor terlemah berdasarkan eksperimen. Urutan tersebut dinamakan “Deret Volta”. Air dan hydrogen meskipun bukan logam dimasukkan juga oleh Volta. Deretnya sbb.:
K-Ba-Ca-Na-Mg-(H2O)-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Makin kekiri letak suatu logam dalam deret Volta sifat reduktornya makin kuat. Oleh karena itu, suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion di sebelah kanannya tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion disebelah kirinya. Dalam menuliskan reaksi redoks bisa dengan reaksi setengah.

C.      Alat dan Bahan
1.       Alat
§  Tabung reaksi
§  Rak tabung reaksi
§  Kertas amplas
§  Lempeng logam Zn, Fe, Cu, Pb
2.      Bahan
§  Pb(NO3) 0,1 M
§  ZnSO4 0,1 M
§  HCl 3 M
§  Fe(NO3)2 0,1 M
§  CuSO4 0,1 M

D.     Cara Kerja
1         Digosok logam Zn dengan menggunakan ampelas kemudian dipotong kecil-kecil dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm.
2        Diambil 12 buah tabung reaksi kemudian mengisi berturut-turut dengan larutan CuSO4 0,1 M; Fe(NO3)3 0,1 M; ZnSO4 0,1 M;  Pb(NO3)2 0,1 M dan HCl 3 M.
3         Dimasukkan sepotong logam Zn yang telah digosok ke dalam masing-masing larutan di atas kemudian mengamati apa yang terjadi.
4        Mengulangi percobaan 1 sampai dengan 3 dengan mengganti logan Zn dengan lempeng logam Fe, Mg dan Cu.
5        Menuliskan reaksi-reaksi yang terjadi kemudian membuat kesimpulan urutan reaktivitas logam-logam Zn, Fe, Mg dan Cu

E.      Evaluasi
1         Tuliskan reaksi redoks (setengah reaksi) yang mungkin terjadi hasil dari percobaan anda?
2        Buat setimbang reaksi oksidasi ion plumbit, (Pb(OH)3- menjadi plumbum dioksida dengan oksidator  ion hipoklorit dalam suasana basa berikut ini:
Pb(OH)3- + OCl-                                 PbO2 + Cl-



F.      Daftar Pustaka
1         Vogel, 1979, Testbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, London : Longman Group Limited
2        Brady, 1998, General Chemistry Principles & Structure, Alih Bahasa :  Sukmariah Maun dkk, , 1999, Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1, Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : BIOLOG-INDONESIA | Fanspage Facebook | Twitter
Copyright © 2013. Materi Kuliah - All Rights Reserved
Published by Profitgoonline