PERCOBAAN VII
Judul : Analisis Aspirin dan Kafein dalam Tablet
Tujuan : Menentukan aspirin dan kafein dalam
bermacam-macam tablet.
Hari/tanggal : Selasa/ 26 April 2011
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
DASAR TEORI
1.1
Aspirin
Aspirin
ditemukan oleh Bayer pada tahum 1893. Aspirin merupakan obat yang ditemukan
tertua dan banyak dikonsumsi sebagai obat dan diproduksi di US sebanyak 10.000
juta Kg/tahun. Aspirin disebut juga asam asetil
salisilat, sering digunakan sebagai pereda sakit (analgesic). Aspirin adalah turunan
dari asam salisilat. Berikut
sifat-sifat dari aspirin :
a) Aspirin berbentuk kristal berwarna putih
b) Bersifat asam lemah (pH
3,5) dengan titik lebur 135°C
c) Mudah larut dalam cairan
ammonium asetat, karbonat, sitrat atau hidroksida dari logam alkali.
d) Stabil dalam udara kering,
tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan asam salisilat bila kontak
dengan udara lembab.
e) Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan
sempurna.
f) Bersifat analgesik, antipyretic (fever reducer), nti-inflammatory (inhibition of the synthesis of prostaglandins), dan memiliki efek samping seperti: gastric irritation dan bleeding .
Gambar 1. Obat Aspirin
|
Gambar
2. Struktur Molekul Aspirin
|
1.1.1 Pembuatan Aspirin
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida
asam asetat menggunakan katalis 85% H3PO4 sebagai zat
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus
–OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi
yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat
akan menghasilkan aspirin. Berikut molekul aspirin :
Gugus karboksil pada aspirin mengandung sebuah
gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil, antar-aksi dari kedua gugus ini
mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik untuk asam karboksilat. Pada
aspirin gugus karboksil bersifat polar dan sifat yang paling menonjol adalah
keasamannya.
|
|
1.1.2 Kegunaan aspirin
Aspirin digunakan sebagai penurun demam (antipiretik) dan sebagai obat anti
peradangan. Aspirin juga memiliki sifat anti penggumpalan darah karena
menghambat pembentukan tromboksan (protein pengikat yang dihasilkan oleh
platelet). Oleh karena itu aspirin digunakan sebagai obat jangka panjang
dalam dosis rendah untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah, stroke dan
serangan jantung. Tetapi efek antipenggumpalan ini dapat menyebabkan pendarahan
berlebihan terjadi, karena itu orang yang akan menjalani pembedahan atau
mempunyai masalah pendarahan tidak diperbolehkan mengonsumsi aspirin.
1.1.3 Efek samping aspirin
Efek samping utama aspirin adalah pengikisan
saluran pencernaan, pendarahan usus dan tinnitus (gejala telinga berdenging).
Aspirin sebaiknya tidak digunakan oleh anak-anak dan remaja dibawah umur,
karena dapat menyebabkan Sindrom Reye, yaitu kerusakan pada mitokondria liver
sehingga liver tidak mampu mengubah timbunan glikogen menjadi glukosa.
Dalam dosis tinggi, aspirin dapat
menyebabkan kematian. Kadar mematikan aspirin adalah LD50 1,1 g/kg
atau 1,1 gram aspirin untuk setiap 1 kilogram berat tubuh suatu organisme.
1.1.4 Sintesis aspirin
Tahun 1853 seorang alkemis Prancis, Charles Frederic
Gerhardt berhasil mensistetis asam salisilat untuk pertama kalinya. Dia
mencampur asetil klorida dengan garam sodium salisilat. Hasil sintetis ini
dinamai Gerhardt anhidrin asam salisilat. 6 tahun kemudian, 1859, seorang
alkemis Jerman, von Gilm berhasil mensintetis asam asetil salisilat murni
dengan mereaksikan asam salisilat dan asetil klorida.
Pada 1869 Schröder, Prinzhorn dan Kraut
merekonstruksi baik reaksi Gerhardt (dari sodium salisilat) maupun reaksi von
Gilm’s (dari asam salisilat) dan menyimpulkan bahwa kedua reaksi tersebut
memberi hasil yang sama. Meraka adalah yang pertama menemukan struktur kimia
kelompok asetil berhubungan dengan alkanol.
Pada 1897, ilmuwan dari perusahaan obat dan
pewarna Bayer mulai meneliti asam asetil salisilat sebagai pengganti yang lebih
aman dari obat salisin yang umum. Pada 1899, Bayer melabeli obat ini Aspirin
dan menjualnya ke seluruh dunia. Nama aspirin berasal dari “a” dari asetil dan “spirsäure” yaitu
nama kuno jerman bagi asam salisilat. Sekarang, aspirin merupakan obat yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia, dengan perkiraan 40.000 ton aspirin
dikonsumsi setiap tahun.
a.
Reaksi esterifikasi pembentukannya
aspirin
Sintetis aspirin termasuk reaksi esterifikasi. Asam salisilat
dicampur dengan anhidrin asetat, menyebabkan reaksi kimia yang mengubah grup
alkanol asam salisilat menjadi grup asetil (R-OH→R-OCOCH3). Proses ini
menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang merupakan produk sampingan.
Sejumlah kecil asam sulfat umumnya digunakan sebagai katalis. Asam sulfat
berfungsi sebagai donor proton sehingga ikatan rangkap pada anhidrin asetat
lebih mudah terbuka lalu bergabung dengan asam salisilat yang kehilangan
hidrogennya. Setelah proses pengikatan selesai, ion SO42-
kembali mengikat proton H+ yang berlebih.
b.
Reaksi fenol dengan FeCl3 pembentukannya aspirin
Reaksi menghasilkan aspirin atau asam salisilat juga dapat
dilakukan dengan mereaksikan fenol dan larutan FeCl3. Produknya
adalah dihasilkan larutan berwarna ungu tua yang kompleks. Phenol disini tidak
ditunjukkan sebagai hasil reaksi tetapi sebagai reaktan. Pada tes phenol ini
diindikasikan adanya unreacted starting material (analisis kuantitatif dengan
spektroskopi UV-VIS).
Tujuan tes ini adalah mengetahui
kemurnian aspirin dengan menggunakan besi(III) klorida. Besi(III) klorida
bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni)
akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat
mempunyai gugus fenol.
Asam Salisilat
|
1.1.6 Cara penentuan kadar aspirin dalam tablet
Senyawa ini bersifat asam,
untuk mengetahui konsentrasi aspirin dalam tablet dilakukan titrasi dengan
larutan NaOH standar. Dalam reaksi netralisasi ini gugusan asetil lebih sukar
dilepaskan daripada gugusan karbonil hingga terjadi reaksi :
Untuk mengetahui kadar aspirin dalam tablet, dapat
dilakukan titrasi dengan larutan basa. Titrasi diakhiri jika terjadi perubahan
warna yang konstan selama satu menit dari indikator fenolftalein.
1.2
Kafein
Kafein adalah senyawa alkaloida turunan
xantine (basa purin) yang berwujud kristal berwarna putih. Kafein bersifat
psikoaktif, digunakan sebagai stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat
metabolisme (diuretik). Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan,
menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Overdosis kafein akut, biasanya lebih
dari 300 mg per hari, dapat menyebabkan sistem saraf pusat terstimulasi secara
berlebihan. Kondisi ini disebut keracunan kafein, gejalanya antara lain gelisah,
gugup, insomnia, emosional, urinasi berlebihan, gangguan pencernaan, otot
berkedut, denyut jantung yang cepat dan tidak teratur. Gejala yang lebih parah
adalah munculnya depresi, disorientasi, halusinasi dan dampak fisik seperti
kerusakan jaringan otot rangka
Senyawa kimia yang
dijumpai secara umum alami terdapat didalam makanan contohnya biji kopi, teh,
biji kelapa, buah kola, guarana dan mate. Ia terkenal dengan rasanya yang pahit
dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernafasan.
Kafein juga bersifat diuretik (digunakan melalui air kencing).
Kafein merupakan alkaloid
yang tergolong turunan dari purin dalam keluarga methylxanthine bersama-sama
senyawa terfilin teobromin. Pada keadaan asal kafein adalah serbuk putih yang pahit.
Rumus kimianya ialah C6H10N4O2 dan
nama sistematik kafein adalah: 1,3,7-trimetilxanthine dan 3,7-dihidro-1,3,7-trimetil-1-H-purin-2,6-dione.
Kafein ditemukan pada biji, daun dan buah
pada berbagai tanaman. Kafein diproduksi tanaman sebagai pestisida alami untuk
pertahanan diri terhadap serangga yang memakan tanaman tersebut. Tanaman yang
mengandung kadar kafein tinggi antara lain kopi (Coffea arabica), teh (Camellia
sinensis), coklat (Theobroma cacao) dan kola (Cola acuminata).
Manusia telah mengonsumsi kafein sejak zaman
batu. Manusia purba menemukan bahwa mengunyah biji, kulit kayu atau daun dari
tanaman tertentu memberi efek mengurangi rasa lelah, menstimulasi kewaspadaan
dan meningkatkan mood. Tidak lama kemudian, ditemukan bahwa efek tersebut meningkat
bila tanaman tertentu diseduh dengan air panas. Berbagai kebudayaan kuno telah
mengonsusmi kafein dalam berbagai wujud. Dinasti China sudah mengonsumsi kafein
dalam wujud teh sejak 3000 tahun sebelum masehi. Kerajaan-kerajaan di wilayah
Timur Tengah juga telah mengonsumsi kopi yang berasal dari Ethiopia sejak abad
ke-9. Selanjutnya melalui jalur perdagangan kuno kebiasaan mengonsumsi kopi dan
teh menyebar ke Eropa.
Tahun 1819, seorang alkemis Jerman bernama
Friedrich Ferdinand Runge berhasil mengisolasi kafein murni untuk pertama
kalinya, dan menamai senyawa tersebut “kaffein”. Struktur kafein baru ditemukan
pada akhir abad ke-19 oleh Hermann Emil Fischer, yang juga merupakan orang
pertama yang berhasil menemukan cara sintesis totalnya. Karya Fiscer ini
dihadiahi Nobel pada tahun 1902.
Sekarang ini minuman yang mengandung kafein,
seperti kopi, teh, minuman ringan dan minuman berenergi sangat populer. Dengan
konsumsi global 120.000 ton per tahun, kafein adalah bahan psikoaktif yang
paling luas dikonsumsi di seluruh dunia. Struktur kimia kafein adalah :
Gambar 3. Struktur Kafein
Atom nitrogen pada kafein bentuknya planar karena terletak di orbita
hibrid sp3. Hal ini menyebabkan molekul kafein memiliki sifat
aromatik. Umumnya kafein diperoleh sebagai produk sampingan proses dekafeinasi
kopi, karena itu kafein jarang disintetis. Tabel
sifat fisik kafein
Sifat
fisik
|
Nilai
|
Titik beku
|
238
|
Titik didih
|
178
|
Tekanan uap
|
760 mmHg@ 178
|
Grafitasi tertentu
|
1.2
|
Kadar uap
|
2,5%
|
Kepadatan uap
|
6,7
|
Berat moleku
|
197,19
|
Kelarutan dalam air
|
2,17%
|
Ph
|
6,9 (1% dalam larutan)
|
2.1.1 Efek
samping kafein
Kafein terdapat dalam kopi (1-2,5%),
pada teh (3%). Minum kopi terlalu banyak dapat meningkatkan resiko terkena
penyakit jantung, karena memperbesar kadar homosistestein darah. Khasiat dari
kafein antara lain sebagai penghilang rasa lapar dan mengantuk. Terlalu banyak
kafein dapat menyebabkan intoksitasi kafein (yaitu mabuk akibat kafein).
2.1.2 Cara
kerja kafein
Kafein bekerja dengan merangsang pusat
sistem saraf (SSP), jantung, otot dan pusat-pusat yang mengontrol tekanan
darah.
2.1.3 Cara
penentuan kadar kafein
Pada
kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diadisi oleh iod untuk mengetahui
kadar atau konsentrasi kafein, maka larutan yang mengendung kafein ditambah
larutan iod yang telah diketahui volume dan konsentrasinya secara beerlebih.
Kelebihan iod setelah terjadi setelah terjadi reaksi adisi dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).
2.3 Paracetamol
Gambar 4. Struktur Parasetamol
Dari sekian banyak obat anti pilek semuanya
mengandung satu unsur utama, yaitu Parasetamol atau Asetaminofen. Parasetamol
sebenarnya sudah ditemukan sekitar 1880 saat ilmuwan bekerja mencari
penanggulangan malaria, namun penemuan tersebut masih diabaikan. Di tahun 1946,
Bernard Brodie dan Julius Axelrod mengadvokasi penggunaan Asetaminofen sebagai
alternatif obat selain Aspirin. Aspirin adalah obat anti analgesic (pegel linu)
dan anti pyretic (demam), serta mencegah sakit jantung untuk jangka waktu
panjang dalam dosis rendah. Nama Aspirin menjadi merek dagang perusahaan Jerman
Bayer di tahun 1899, namun hak merek dagang tersebut hilang di banyak negara
setelah Perang Dunia I. Sterling Drug membeli merek dagang Aspirin pada tahun
1918 namun pada tahun 1921 Amerika membebaskan Aspirin sebagai merek dagang
generik.
Kembali ke Parasetamol, pada tahun 1956
perusahaan Inggris Frederick Stearns & Co memproduksi Parasetamol dalam
bentuk merek dagang Panadol (saya baru tahu kalo nama ini merek dagang yang
sudah lama), dan dua tahun kemudian Panadol Elixir diproduksi sebagai obat
untuk anak-anak. Di tahun 1963 paten Parasetamol berakhir dan menjadi nama
generik hingga sekarang.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID
sebagai obat anti demam, anti pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada saat luka pada bagian
tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih
(leukosit). Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah
itu tandanya leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah
iritasi kulit.
Parasetamol termasuk aman dikonsumsi tanpa efek candu seperti obat
narkotika. Untuk orang dewasa umumnya dosis dikonsumsi sebesar 500mg, bisa
dilihat pada komposisi berbagai merek obat pilek kandungan Asetaminofen ini
antara 400-600mg selain kandungan lain dalam kadar rendah, tergantung merek
obatnya. Meskipun aman jangan mengkonsumsi Parasetamol lebih dari 5 gram (weh,
siapa yang minum 10 tablet lebih?) dalam sehari, apalagi untuk seorang pecandu
alkohol, malah bisa menyebabkan kerusakan liver.
II.
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan :
1.
Lumpang dan alu : 1 buah
2.
Gelas Erlenmeyer 250 mL : 1 buah
3.
Gelas Kimia 200 mL : 1 buah
4.
Buret : 1 buah
5.
Corong biasa : 1 buah
6.
Spatula : 1 buah
7.
Kaca Arloji :
1 buah
8.
Statif dan Klem : 1 buah
9.
Spiritus : 1 buah
10.
Kaki tiga : 1 buah
11.
Kassa asbes : 1 buah
12.
Pipet tetes : 1 buah
13.
Gelas ukur 10 mL dan 50 mL :
@ 1 buah
14.
Neraca Analitik : 1 buah
2.2
Bahan yang digunakan :
1.
Tablet obat (sampel), yaitu
Bodrex Flu dan Batuk, Panadol extra, Panadol sakit kepala biasa, Inza, Inzana, Panadol Cold dan Flu, Ultracap,
dan Mixagrip
2.
Indikator Fenolfthalein (pp)
3.
NaOH 0,1 N
4.
Etanol (C2H5OH)
5.
Larutan Kanji/ Amilum
6.
H2SO4 10%
7.
Larutan Iod 0,1 N
8.
Na2S2O3
0,1 N
9.
Aquadest
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Penentuan Kadar Aspirin
1.
Menimbang tablet obat (ukuran
kecil sebanyak 2, ukuran besar sebanyak 1).
2.
Menggerus sampai halus tablet
obat (sampel) dengan lumpang dan alu, kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer
250 mL.
3.
Membilas lumpang dengan 10 mL
etanol hingga bersih, kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
4.
Menggoyang- goyangkan
erlenmeyer selama 5 menit, kemudian memanaskan hingga mendidih di atas lampu
spiritus.
5.
Menambahkan 5 mL aquadest dan 2
tetes indikator pp, kemudian menitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna
merah jambu tetap selama 1 menit.
3.2 Penentuan Kadar Kafein
1.
Menimbang tablet obat (ukuran
kecil sebanyak 2, ukuran besar sebanyak 1).
2.
Menghaluskan tablet obat
(sampel) dengan lumpang dan alu sampai halus, kemudian memasukkan ke dalam
gelas kimia 200 mL.
3.
Mencuci lumpang dan alu dengan
10 mL etanol, kemudian memasukkan ke dalam gelas kimia 200 mL.
4.
Menggoyang- goyangkan gelas
kimia selama 10 menit.
5.
Menambahakan 5 mL asam sulfat
(H2SO4) 10% dan 20 mL larutan iod 0,1 N, kemudian
mengocok sampai larut.
6.
Mengocok dan membiarkan selama
10 menit.
7.
Kemudian menyaring.
8.
Mengambil 20 mL filtratnya,
memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
9.
Menambahkan 3 tetes larutan
kanji sebagai indikator, kemudian menitrasi dengan larutan Na2S2O3
0,1 N sampai warna biru hilang.
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel
Penentuan Kadar Aspirin
Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Penentuan Kadar Aspirin
1.
Menimbang
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
m = 0,76 gram
·
m = 0,77 gram
·
m = 0,59 gram
·
m = 0,68 gram
·
m = 0,70 gram
·
m = 0,59 gram
·
m = 0,64 gram
·
m = 0,43 gram
|
2.
Menggerus
|
Serbuk tablet halus
|
3.
Memasukkannya ke dalam
Erlenmeyer 250 mL dan lumpang di bilas dengan 10 ml Etanol
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna putih
·
Larutan berwarna putih
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
|
4.
Menggoyang-goyang selama 5
menit
|
Larutan tidak berubah warna
|
5.
Memanaskan di atas lampu
spritus
|
·
Larutan mendidih
·
Tablet lebih melarut
|
6.
Menambahkan 5 mL air suling
dan 2 tetes indikator PP
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna putih
·
Larutan berwarna putih
·
Larutan berwarna orange muda
·
Larutan berwarna orange muda
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna pink
|
7.
Menitrasi dengan NaOH 0,1 N
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Larutan berwarna merah pada
V NaOH = 28,5 mL
·
Larutan berwarna merah pada
V NaOH = 14 mL
·
Larutan berwarna merah jambu pada
V NaOH = 4 mL
·
Larutan berwarna merah jambu pada
V NaOH = 4,6 mL
·
Larutan berwarna merah jambu pada
V NaOH = 4,9 mL
·
Larutan berwarna merah jambu pada
V NaOH = 8 mL
·
Larutan berwarna merah jambu pada
V NaOH = 4,7 mL
·
Larutan berwarna merah jambu pada
V NaOH = 16,3 mL
|
4.2 Tabel
Penentuan Kadar Kafein
Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Penentuan Kadar Kafein
1)
Menimbang
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
m = 0,76 gram
·
m = 0,77 gram
·
m = 0,59 gram
·
m = 0,68 gram
·
m = 0,70 gram
·
m = 0,59 gram
·
m = 0,64 gram
·
m = 0,43 gram
|
2)
Menggerus
|
Serbuk tablet halus
|
3)
Memasukkannya ke dalam Gelas
Kimia 100 mL dan lumpang di bilas dengan 10 ml Etanol
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna putih
·
Larutan berwarna putih
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
·
Larutan berwarna orange
|
4)
Menggoyang-goyang selama 10
menit
|
Larutan tidak berubah warna
|
5)
Menambahkan 5 mL H2SO4
10 % + 20 mL larutan Iod 0,1 N
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Larutan berwarna coklat
·
Larutan berwarna coklat
·
Larutan berwarna coklat tua
·
Larutan berwarna coklat
kehitaman
·
Larutan berwarna coklat tua
·
Larutan berwarna coklat
kehitaman
·
Larutan berwarna coklat tua
·
Larutan berwarna coklat
|
6)
Mengocok dan membiarkan selama
10 menit
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Larutan coklat muda dan ada endapan
coklat tua
·
Larutan terdapat endapan
hitam
·
Larutan terdapat endapan
hitam
·
Larutan coklat kehitaman
·
Larutan coklat tua pekat
·
Larutan coklat kehitaman
·
Larutan coklat dan ada
endapan hitam
·
Larutan coklat dan ada
endapan hitam
|
7)
Menyaring
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Filtrat = Coklat muda bening
Residu = Endapan hitam
·
Filtrat = Coklat muda bening
Residu = Endapan hitam
·
Filtrat = Coklat muda bening
Residu = Endapan hitam
·
Filtrat = Coklat muda
Residu = Endapan hitam
·
Filtrat = Coklat tua
Residu = Endapan hitam
·
Filtrat = Coklat tua
Residu = Endapan hitam
·
Filtrat = Coklat
Residu = Endapan hitam
·
Filtrat = Coklat
Residu = Endapan hitam
|
8)
20 mL filtrat + 3 tetes
larutan Kanji
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Larutan berwarna coklat
bening
·
Larutan berwarna coklat
bening
·
Larutan berwarna coklat
bening
·
Larutan berwarna coklat
kemerahan
·
Larutan berwarna coklat
·
Larutan berwarna hitam kecap
·
Larutan berwarna coklat
·
Larutan berwarna coklat
|
9)
Menitrasi dengan larutan Na2S2O3
0,1 N
a.
Bodrex Migra
b.
Bodrex Flu dan Batuk
c.
Panadol Sakit Kepala Biasa
d.
Panadol Flu
e.
Inza
f.
Inzana
g.
Mixagrip
h.
Ultracap
|
·
Larutan berwarna bening pada
V Na2S2O3
= 8,5 mL
·
Larutan berwarna bening pada
V Na2S2O3
= 25 mL
·
Larutan berwarna bening pada
V Na2S2O3 = 16 mL
·
Larutan berwarna bening pada V
Na2S2O3 = 18 mL
·
Larutan berwarna bening pada V
Na2S2O3 = 20,4 mL
·
Larutan berwarna bening pada V
Na2S2O3= 15 mL
·
Larutan berwarna bening pada V
Na2S2O3 = 14,5 mL
·
Larutan berwarna bening pada V
Na2S2O3 = 11 mL
|
V.
ANALISIS DATA
Untuk percobaan analisa aspirin dan kafein dalam tablet
ditujukan untuk mengetahui dan menentukan kadar/kandungan aspirin dan kafein
pada berbagai macam obat. Dalam hal ini digunakan obat bodrex migra, bodrex flu
dan batuk, panadol sakit kepala biasa, panadol flu, inza, inzana, mixagrip, dan
ultracap.
5.1
Penentuan Kadar Aspirin
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kadar aspirin
dalam suatu tablet. Menurut FDA, massa aspirin dalam tablet minimal adalah 5
grain ( 1 grain = 0,0648 gram ). Jadi massa aspirin dalam tablet minimal 5 x
0,0648 gram = 0,324 gram.
Pada percobaan ini, yang pertama dilakukan adalah
menggerus masing-masing tablet sebanyak 0,5 gram dengan lumpang dan alu. Tablet
harus dihaluskan terlebih dahulu agar lebih cepat larut dalam pelarut. Dalam
hal ini pelarut yang digunakan yaitu etanol karena sifatnya yang polar sehingga
etanol dapat melarutkan aspirin yang terkandung dalam obat yang diuji
(kelarutan aspirin dalam etanol lebih baik dari pada kelarutan aspirin dalam
air). Selanjutnya membilas lumpang dan alu dengan etanol agar tidak terdapat
sisa serbuk tablet. Kemudian serbuk
tablet tersebut bersama etanol dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan menggoyang-goyangkan
selama 5 menit agar pelarutan menjadi homogen dan aspirin melarut sempurna.
Langkah selanjutnya yaitu memanaskan larutan
sampai mendidih untuk mempercepat reaksi antara aspirin dan etanol. Hal ini
sesuai dengan prinsip laju reaksi karena peningkatan suhu berbanding lurus
dengan kecepatan laju reaksi. dimana energy kinetik partikel semakin cepat bergerak dan lebih sering
terjadinya tumbukan efektif. Disamping itu, pemanasan
juga dapat mempercepat penguapan etanol sehingga larutan menjadi lebih pekat.
Setelah pemanasan kemudian dilakukan pengenceran dengan menambahkan 5 mL
akuades.
Penambahan aquadest ke dalam larutan setelah
pemanasan dilakukan untuk mengencerkan larutan, dan penambahan indikator PP
yang bertujuan agar larutan mengalami perubahan warna ketika telah mencapai
titik akhir titrasi pada saat titrasi yakni larutan berubah warna menjadi merah
jambu. Fenolftalein tidak dapat larut dalam air tapi dapat larut dalam etanol,
sehingga penambahan fenolftalein dilakukan setelah melarutkan asam asetilsalisilat
dengan etanol. Penambahan indicator diusahakan sedikit mungkin yaitu 2 tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik ekuivalen.
Larutan kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N
karena NaOH merupakan larutan basa yang dapat menetralkan larutan aspirin yang
bersifat asam karena tergolong asam karboksilat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Warna
larutan yang awalnya putih keruh berubah menjadi merah jambu saat penambahan 5
mL NaOH. Proses perubahan warna ini dimana NaOH mula-mula bereaksi dengan
aspirin, sampai akhirnya seluruh aspirin habis bereaksi dengan basa, maka
kelebihan basa akan bereaksi dengan dengan indikator PP sehingga membentuk
larutan berwarna merah muda yang menandakan tercapainya titik akhir titrasi.
Berikut adalah kandungan kadar aspirin berdasarkan
kemasan dan berdasarkan perhitungan :
No.
|
Merk obat
|
Menurut
Percobaan
|
Dalam
Kemasan
|
|||
Massa
tablet (gram)
|
Kadar
aspirin menurut perhitungan (%)
|
Kadar aspirin per tablet
(mg)
|
Kadar aspirin per tablet
(mg)
|
Kadar
paracetamol per tablet (mg)
|
||
1.
|
Bodrex migra
|
0,7507
|
68,40
|
515,28
|
-
|
350
|
2.
|
Bodrex flu dan
batuk
|
0,7600
|
12,21
|
33,66
|
-
|
500
|
3.
|
Panadol sakit
kepala biasa
|
0,5899
|
18,328
|
108,48
|
-
|
500
|
4.
|
Panadol flu
|
0,6834
|
12,13
|
83,16
|
-
|
500
|
5.
|
Inza
|
0,7030
|
12,56
|
44,296
|
-
|
500
|
6.
|
Inzana
|
0,5921
|
32,86
|
97,632
|
80
|
-
|
7.
|
Mixagrip
|
0,6463
|
13,10
|
45,2
|
-
|
500
|
8.
|
Ultracap
|
0,6100
|
44,31
|
135,15
|
-
|
-
|
Berdasarkan tabel diatas, sampel obat yang mengandung aspirin
berdasarkan kandungan komposisi pada kemasan obat hanya
inzana. Sedangkan menurut perhitungan semua obat mengandung aspirin. Adanya
perbedaan kandungan aspirin pada kemasan dan perhitungan ini disebabkan karena
jika dilihat dari kandungannya sampel obat tadi mengandung paracetamol.
Adapun
larutan yang berubah warna menjadi merah jambu dimungkinkan parasetamol yang
bereaksi dengan NaOH karena parasetamol juga bersifat asam sehingga seolah-olah
terdapat aspirin di dalamnya hingga diperoleh kadarnya. Struktur parasetamol
sebagai berikut:
Dalam penitrasian, indikator pp
menyebabkan terdeteksinya larutan berwarna merah yang menunjukkan tepatnya
titik akhir titrasi, dimana titran NaOH bereaksi dengan paracetamol yang
bersifat asam sehingga yang terukur adalah kandungan paracetamol dalam sampel
obat.
Bila dibandingkan, kadar aspirin hasil percobaan berbeda
dengan kadar aspirin yang tertera pada kemasan. Adanya ketidaksesuaian dapat
disebabkan karena identifikasi yang dilakukan untuk menentukan kadar aspirin
pada sample obat adalah secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan titrasi,
jadi factor kesalahan dalam titrasi sangat menentukan dalam percobaan ini.
Ketidaksesuaian
antara kadar aspirin pada perhitungan dan kadar aspirin pada kemasan disebabkan
oleh berbagai fator yaitu kesalahan
pada penitrasian, kesalahan
disini adalah perbedaan antara hasil dengan harga yang sebenarnya. kesalahan-kesalahan
tersebut antara lain :
1. Faktor orang atau individu yang melakukan
titrasi
a)
Salah menghitung dalam menentukan
titik akhir titrasi pada buret ataupun pembacaan skala untuk titran yang
ditambahkan pada buret
b)
Memindahkan bahan yang diperiksa
tidak kuantitatif
c)
Kurang teliti dalam melakukan
proses titrasi misalnya proses penggoyangan buret
d)
Kesulitan atau kurang teliti dalam
mengamati perubahan warna indikator sehingga titik akhir terlewati atau belum
titik akhir
2. Faktor zat atau bahan yang digunakan dalam
titrasi
a)
Larutan standar yang digunakan
yaitu NaOH masih belum tepat atau belum mengalami standarisasi sebelum
melakukan percobaan misalnya kurang tepatnya pada saat
pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan
b) Penambahan indicator yang terlalu banyak misalnya terlalu banyak meneteskan indikator pp
3. Faktor
fasilitas yang digunakan dalam prosese titrasi
a)
Adanya kebocoran pada alat titrasi
b)
Kurang memadainya alat titrasi
c)
Terjadinya perubahan skala buret
yang tidak konstan
4. Factor metode analisa dalam proses titrasi
a)
Reaksi yang terjadi tidak sempurna
atau timbul reaksi samping
b)
Terjadi kelarutan endapan
5.2 Penentuan Kadar Kafein
Pada penentuan kadar kafein ini, perlakuan
awalnya hampir sama dengan perlakuan pada penentuan kadar aspirin. Tablet obat yang mengandung
kafein dilakukan penghalusan hingga berbentuk serbuk sehingga lebih cepat larut
dalam pelarut karena luas permukaan bidang sentuh yang besar. Kemudian pembilasan
lumpang alu dengan etanol bertujuan agar serbuk tablet tidak tersisa di dalam
lumpang, penambahan etanol ini dimaksudkan agar serbuk kafein dapat larut
dengan baik karena etanol dan kafein bersifat relatif polar. Adapun perlakuan
mengoyang-goyangkan larutan selama 10 menit agar diperoleh larutan yang homogen
(serbuk kafein melarut semua).
Penambahan asam sulfat 10% dalam larutan bertujuan agar
larutan dalam suasana asam, karena ekstraksi kafein ini menggunakan etanol yang
lebih optimal dalam suasana asam. Sedangkan penambahan larutan iod bertujuan
untuk mengadisi ikatan rangkap pada kafein sehingga memudahkan dalam mengetahui
kadar atau konsentrasi kafein.
Kemudian mengocok larutan sehingga diperoleh larutan
yang homogen, lalu mendiamkan larutan selama 10 menit untuk mengendapkan zat
yang tidak diinginkan sehingga terpisah dari larutannya.
Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan
filtrat dari residunya yang mengandung zat-zat yang tidak diperlukan untuk
analisis. Filtrat hasil penyaringan lalu ditambahkan larutan kanji sebagai
indikator sehingga perubahan warna sebagai titik akhir titrasi mudah diamati. Larutan kanji/amilum digunakan karena adanya
penambahan iodin pada pereaksian untuk menetukan kadar kafein, iodin bersifat sensitif
terhadap indikator kanji. Sebnarnya, iodin sendiri juga memberikan warna
ungu/violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan
kloroform, dan terkadang kondisi ini dipergunakan untuk mendeteksi titik akhir
dari titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran koloidal) dari kanji
lebih umum digunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin-kanji
bertindak sebagai suatu tes yang sensitif untuk iodin. Mekanisme pembentukan
kompleks yang berwarna ini tidak diketahui, namun ada pemikiran bahwa molekul
iodin tertahan di permukaan
-amylose, suatu
konstituen dari kanji.
Kemudian larutan ditirasi dengan Na2S2O3
0,1 N untuk mereduksi I2 menjadi I-, reaksi yang terjadi
adalah :
Tiosulfat
Tetrationat
Penentuan kadar
kafein dilakukan dengan mengukur jumlah I2, maka iodium tersebut
direaksikan dengan ion tiosulfat yang akan mengubah iodium menjadi iodida.
Namun, sebelum dilakukan penambahan tiosulfat, iodium yang terbentuk pada
reaksi awal harus terlebih dahulu direksikan dengan 3 tetes larutan kanji
sebagai indikator. Berikut adalah kandungan kadar kafein berdasarkan kemasan
dan berdasarkan perhitungan :
No.
|
Merk obat
|
Dalam
Kemasan
|
Menurut
Percobaan
|
||
Massa tablet (gram)
|
Kadar kafein pada kemasan
|
Kadar kafein menurut perhitungan (%)
|
Kadar aspirin per tablet (mg)
|
||
1.
|
Bodrex migra
|
0,7507
|
50 mg
|
7,45
|
51,52
|
2.
|
Bodrex flu dan
batuk
|
0,7600
|
-
|
0
|
0
|
3.
|
Panadol sakit kepala
biasa
|
0,5899
|
-
|
3,86
|
22,40
|
4.
|
Panadol flu
|
0,6834
|
-
|
1,42
|
8,96
|
5.
|
Inza
|
0,7030
|
-
|
0
|
0
|
6.
|
Inzana
|
0,5921
|
-
|
4,01
|
22,40
|
7.
|
Mixagrip
|
0,6463
|
-
|
0
|
0
|
8.
|
Ultracap
|
0,6100
|
-
|
11,62
|
31,36
|
Kadar
kafein tidak dapat ditentukan secara tepat dan pasti karena tidak ada warna
biru yang dihasilkan dari pencampuran larutan. Hal ini disebabkan memang hanya
satu obat sampel yang mengandung kafein sehingga sebaiknya untuk mengukur kadar
kafein ini harus menggunakan obat yang memang dari komposisinya megandung
kafein sehingga dapat dibandingkan kadar kafein pada kemasan dengan pada
perhitungan. Selain itu adanya perbedaan kadar kafein juga disebabkan adanya
kesalahan titrasi yakni sebagai berikut:
1.
Faktor orang atau individu yang
melakukan titrasi
a)
Salah menghitung dalam menentukan
titik akhir titrasi pada buret ataupun pembacaan skala untuk titran yang
ditambahkan pada buret
b)
Memindahkan bahan yang diperiksa
tidak kuantitatif
c)
Kurang teliti dalam melakukan
proses titrasi misalnya proses penggoyangan buret
d)
Kesulitan atau kurang teliti dalam
mengamati perubahan warna indikator sehingga titik akhir terlewati atau belum
titik akhir
2. Faktor zat atau bahan yang digunakan dalam
titrasi
a)
Larutan standar yang digunakan
yaitu NaOH masih belum tepat atau belum mengalami standarisasi sebelum
melakukan percobaan misalnya kurang tepatnya pada saat
pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan
b) Penambahan indicator yang terlalu banyak misalnya terlalu banyak meneteskan indikator pp
3. Faktor
fasilitas yang digunakan dalam prosese titrasi
a)
Adanya kebocoran pada alat titrasi
b)
Kurang memadainya alat titrasi
c)
Terjadinya perubahan skala buret
yang tidak konstan
4. Factor metode analisa dalam proses titrasi
a)
Reaksi yang terjadi tidak sempurna atau
timbul reaksi samping
b)
Terjadi kelarutan endapan
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Cara penentuan kadar aspirin Titrasi dilakukan
dengan larutan NaOH dapat digunakan untuk penetuan konsentrasi aspirin dalam
bentuk tablet dimana titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna
menjadi merah muda.
2. Cara penentuan kadar kafen dilakukan dengan
menambahkan larutan iod yang sudah diketahui volume dan konsentrasinya.
3. Kadar aspirin dalam beberapa tablet yakni Bodrex migra sebesar 68,40%, Bodrex flu dan batuk sebesar
12,21%, Panadol sakit kepala biasa 18,328%, Panadol flu 12,13%, Inza sebesar 12,56%, Inzana 32,86%, Mixagrip 13,10%, dan Ultracap sebesar 44,31%.
4. Kadar aspirin dalam beberapa tablet yakni Bodrex migra sebesar 7,45%, Bodrex flu dan batuk
sebesar 0%, Panadol sakit kepala biasa sebesar 3,86%, Panadol flu sebesar 1,42%, Inza sebesar 0%, Inzana sebesar 4,01 %, Mixagrip sebesar 0% dan Ultracap sebesar 11,62%.
5. Adanya perbedaan kadar aspirin maupun kafein
antara kandungan pada kemasan dan hasil percobaan disebabkan adanya kesalahan
titrasi yakni:
Ø Faktor
orang atau individu yang melakukan titrasi
Ø Faktor
zat atau bahan yang digunakan dalam titrasi
Ø Faktor fasilitas yang digunakan dalam prosese
titrasi
Ø Factor
metode analisa dalam proses titrasi
6.2 Saran
1. Pengetahuan Penentuan kadar parasetamol juga bisa
dijadikan sebagai percobaan.
2. Penentuan kafein dalam buah kopi atau serbuk kopi
dan rokok bisa dijadikan pembanding bagaimana tubuh kita mentolerir kafein.
3. Penugasan pencarian jurnal terkait percobaan untuk
mengetahui kadar aspirin dan kafein dalam bahan lain juga penting untuk
menambah literatur.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Yulida Nasution. 2009. Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol dalam
Obat Sediaan Oral dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Medan : FMIPA USU.
Anwar, C.1996. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Jakarta: DEPDIKBUD.
Fessenden dan Fessenden, 1994. Kimia Organik jilid II. Edisi ketiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Slamet, S. 2006. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty.
Syahmani dan Rilia,I. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik.
Banjarmasin: FKIP UNLAM (Tidak dipublikasikan).
Tyay, T.H. 2003. Obat-obatan Penting. Jakarta: Gramedia.
Wikipedia. 2010. Aspirin
(online). http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salisilat&action=edit&redlink=1.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2011.
Wikipedia. 2010. Kafeina
(online). http://id.wikipedia.org/wiki/Kafeina.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2011.
Yusron, M. Effendi. 2009. Perbandingan Aktivitas. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN
A. Kadar Aspirin dalam
tablet
1) Mixagrib
Diketahui : m tablet Parasetamol =
0,6463 g
V
NaOH = 4,7 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin
=
X 100 %
=
X 100 %
= 13,10 %
atau
Kadar aspirin = V. NaOH x
18,08 mg/ 2 tablet
= 4,7 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 84,976
mg/ tablet
=
45,2 mg/tablet
2) Inza
Diketahui : m tablet Inza = 0,703 g
V
NaOH = 4,9 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin
=
X 100 %
=
X 100 %
= 12,56 % atau
Kadar aspirin = V. NaOH x
18,08 mg/ 2 tablet
= 4,9 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
=
44,296 mg/tablet
3) Bodrex Flu dan Batuk
Diketahui : m tablet Panadol Flu dan
Batuk = 0,59 g
V
NaOH = 4 mL
Ditanya : Kadar Panadol Flu dan Batuk ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin
=
X 100 %
=
X 100 %
= 12,21 % atau
Kadar aspirin = V. NaOH x
18,08 mg/ 2 tablet
= 4 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 36,66 mg/tablet
4) Panadol Sakit Kepala
Diketahui : m tablet Panadol Sakit
Kepala = 0,5899 g
V
NaOH = 6 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin
=
X 100 %
=
X 100 %
= 18,328 % atau
Kadar aspirin = V. NaOH x
18,08 mg/ 2 tablet
= 6 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 108,48 mg/tablet
5) Inzana
Diketahui : m tablet Inzana = 0,5921 g
V
NaOH = 10,8 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin
=
X 100 %
=
X 100 %
= 32,868 % atau
Kadar aspirin = V. NaOH x
18,08 mg/ 2 tablet
= 10,8 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 97,632 mg/tablet
6) Ultracap
Diketahui : m tablet Ultracap = 0,6100 g
V
NaOH = 15 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin
=
X 100 %
=
X 100 %
= 44,31 % atau
Kadar aspirin = V. NaOH x
18,08 mg/ 2 tablet
= 15 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 135,15 mg/tablet
7) Bodrex Migra
Diketahui : m tablet Bodrex Migra = 0,7507 g
V
NaOH = 28,5 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin
=
X 100 %
=
X 100 %
= 68,4 % atau
Kadar aspirin = V. NaOH x
18,08 mg/ 2 tablet
= 28,5 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 515,28 mg/tablet
8) Panadol Flu
Diketahui : m tablet Bodrexin = 0,6834 g
V
NaOH = 4,6 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin
=
X 100 %
=
X 100 %
= 12,13 % atau
Kadar aspirin = V. NaOH x
18,08 mg/ 2 tablet
= 4,6 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 83,16 mg/tablet
B. Kadar Kafein dalam Tablet
1) Bodrex Migra
Diketahui : m tablet = 0,7507 g
V Na2S2O3 =
8,5 mL
V Filtrat
= 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein
=
=
X 100 %
= 51,52 %
Atau
= (20-8,5) x 4,48 mg/2tablet
= 51,52 mg/tablet
2) Panadol Flu
Diketahui : m
tablet = 0,6834 g
V Na2S2O3 =
18 mL
V Filtrat
= 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein
=
=
X 100 %
= 1,42 %
Atau
= (20 ml - 18 ml) x 4,48
mg/2tablet
= 8,96
mg/tablet
3) Inza
Diketahui : m
tablet = 0,703 g
V Na2S2O3 =
20,4 mL
V Filtrat
= 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein
=
=
X 100 %
= -0,276 %
Atau
= (20-20,4) x 4,48 mg/2tablet
= -1,792
mg/tablet
4) Bodrex Flu dan Batuk
Diketahui : m
tablet = 0,76 g
V Na2S2O3 =
25 mL
V Filtrat
= 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein
=
=
X 100 %
= -3,19 %
Atau
= (20-25) x 4,48 mg/2tablet
= -11,2
mg/tablet
5) Inzana
Diketahui : m
tablet = 0,6035 g
V Na2S2O3 =
15 mL
V Filtrat
= 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein
=
=
X 100 %
= 4,018 %
Atau
= (20-15) x 4,48 mg/2tablet
= 22,4
mg/tablet
6) Panadol Sakit Kepala
Diketahui : m
tablet = 0,5899 g
V Na2S2O3 =
15,3 mL
V Filtrat
= 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein
=
=
X 100 %
= 3,864 %
Atau
= (20-15,3) x 4,48 mg/2tablet
= 22,4
mg/tablet
7) Ultracap
Diketahui : m
tablet = 0,5840 g
V Na2S2O3 =
6 mL
V Filtrat
= 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein
=
=
X 100 %
= 11,62 %
Atau
= (20-6) x 4,48 mg/2tablet
= 31,36
mg/tablet
8) Mixagrip
Diketahui : m
tablet = 0,6463 g
V Na2S2O3 =
25 mL
V Filtrat
= 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein
=
=
X 100 %
= -3,75 %
Atau
= (20-25) x 4,48 mg/2tablet
= -22,4
mg/tablet