BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Lanjut Usia
a.
Definisi Lanjut Usia
Menurut
BKKBN (1995) lanjut usia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada
umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,
psikologis, sosial, dan ekonomi. Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1965 batasan
lanjut usia tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo bahwa yang berhak
mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun keatas. Sedangkan
menurut Potter & Perry (2005) masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah
pensiun biasanya antara usia 65-75 tahun.
b.
Proses Penuaan
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, yang ditandai dengan
kegagalan tubuh dalam mempertahankan homeostasis tubuh terhadap tekanan
fisiologis yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur tubuh dan perubahan
fungsional sehingga menyebabkan adanya gangguan, ketidakmampuan, dan sering
menjadi penyakit (Rochman & Aswin, 2001). Lanjut usia diharapkan dapat
menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan secara bertahap.
Mereka diharapkan mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang
menghabiskan sebagian besar waktu mereka saat mereka masih muda. Bagi beberapa
usia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial
sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah
pensiun. Mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu sebagian lansia, perlu
mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan perlu
membagi ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari
kesepian dan menerima kematian dengan tenteram (ismayadi, 2004 cit. Windyarani, 2010).
c.
Perubahan pada Lanjut Usia
Proses menua
membawa perubahan baik fisik, mental, psikososial, kognitif dan spiritual pada
lansia (Mubarak et al., 2009 cit. Windyarani, 2010). Disebutkan bahwa
usia lanjut mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
1)
Perubahan kondisi fisik.
Perubahan ini tejadi secara menyeluruh mulai dari tingkat sel sampai kesemua
system organ tubuh. Lanjut usia sering mengalami masalah fisik misalnya seperti
mudah lelah, sering jatuh, nyeri dada, sering pusing, gangguan pada fungsi
penglihatan, pendengaran, dan tuli syaraf. Selain itu Smeltzer & Beare (2001)
cit. Yudianto (2011), mengatakan
bahwa proses menua akan mengakibatkan suatu perubahan pada system mulai dari
system panca indera, system kardiovaskuler, system pernafasan, system
integumen, system muskuloskeletal, system reproduksi, system genitourinarius,
serta system syaraf.
2)
Perubahan kondisi mental. Pada
lansia umumnya mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan
ini berkaitan dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan serta situasi lingkungan.
3)
Perubahan psikososial. Perubahan
ini sangat terkait dengan kepribadian setiap individu yang bersangkutan. Orang
yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja rutin tiba-tiba dihadapkan
dengan keadaan yang tidak memungkinkan seperti dulu lagi karena sudah mengalami
masa pensiun. Bagi individu yang berpikiran positif, maka ia akan cukup bijaksana
untuk mengatur kegiatannya sehari-hari. Namun, bagi banyak pekerja masa pensiun
dirasa merupakan masa untuk menjauh dari lingkungan, teman dan tersingkir dari
lingkungannya.
4)
Perubahan kognitif. Perubahan
disini lebih kearah penurunan dari fungsi kognitif itu sediri, sehingga
tugas-tugas yang membutuhkan ketangkasan dan memerlukan memori yang kuat sudah
mulai dibatasi.
2.
Tidur
a.
Pengertian Tidur
Tidur
merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih
lama dari keterjagaan (Potter & Perry, 2005). Tidur dikarakteristikkan dengan
aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang berfariasi, perubahan
proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal
(Mubarak & Chayatin, 2008). Tidur merupakan suatu proses otak yang
dibutuhkan seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik (Amir, 2007).
Tidur adalah
status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun (Mubarak & Chayatin, 2008). Tidur terjadi secara alami,
dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses
perbaikan tubuh. Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang
cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek seperti pelupa,
konfusi, atau kebingungan, disorientasi, terutama jika deprivasi terjadi untuk
kurun waktu yang lama (Stanley & Beare, 2007).
b.
Tahap-tahap Tidur
Menurut
Mubarak & Chayatin (2008), tidur yang normal melibatkan dua tahapan tidur,
yaitu Non-Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement (REM) adalah sebagai
berikut:
1.
NREM
Pada fase ini terjadi penurunan
fungsi fisiologis tubuh, ternasuk semua fungsi metabolik, tanda-tanda fital,
dan kerja otot. Tidur NREM terbagi atas 4 tahap. Tahap I-II, disebut debagai
tidur ringan dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam. Dengan karakteristik
sebagai berikut:
§ Tahap I
Tahap ini merupakan
tingkat paling dangkal dari tidur, tahap transisi antara bangun dan tidur,
individu cenderung rileks, masih sadar dengan lingkungannya, dan mudah untuk
dibangunkan, tahap ini berlangsung beberapa menit.
§ Tahap II
Pada tahap ini otot
mulai relaksasi. Merupakan tahap dominan dari tidur orang dewasa. Berlangsung
selama 10-20 menit dan merupakan 50-55% dari total tidur.
§ Tahap III
Pada tahap ini terjadi
relaksasi otot secara menyeluruh, dan individu cenderung sulit untuk
dibangunkan dan jarang bergerak. Berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan
10% dari total tidur.
§ Tahap IV
Pada tahap ini
individu sulit dibangunkan. Tidur semakin dalam atau delta sleep. Terjadi
perubahan fisiologis, yaitu nadi dan pernafasan menurun. Tonus otot menurun, dan
metabolism lambat. Temperatur tubuh menurun dan aktivitas otot menurun. Tahap
ini merupakan 10% dari total aktivitas tidur. Berlangsug selama 15-30 menit.
2.
REM
Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai dan berlangsung selama 5-30 menit. Pada tahap ini terjadi mimpi yang
penuh warna dan tampak hidup dan ditandai adanya pergerakan bola mata saat tidur. Pada tahap
ini terjadi beberapa aktivitas fisiologik antara lain: sekresi lambung meningkat
dan frekuensi jantung dan pernafasan sering kali tidak teratur. Tidur REM
biasanya mengikuti tahap NREM dan biasanya terjadi diakhir siklus tidur.
c.
Kualitas Tidur pada Lanjut Usia
Kebutuhan
tidur akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Pada usia 1-3 tahun
kebutuhan tidur 10-12 jam/hari, berkurang menjadi 7-8,5 jam/hari pada saat
pubertas, dan berkurang menjadi 6 jam/hari (Mubarak & Chayantin, 2008).
Pada lansia episode tidur REM semakin pendek. Perdapat penurunan yang progresif
pada tahap tidur NREM III dan IV. Beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap
NREM IV atau tidur tidak dalam.
Seorang
lansia lebih sering terbangun pada malam hari dan tidak membutuhkan banyak
waktu untuk tertidur kembali. Akan tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi
terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah
memelihara tidur REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur yang mirip dengan
dewasa muda (Reynold et al., 1993 cit. Potter & Perry, 2005).
Kesulitan
terkait tidur malam seringkali terjadi pada lansia. Hal ini
terjadi akinat pernyakit kronik yang lain misalnya lansia dengan arthritis akan
mengalami kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur sinag
kelihatannya meingkat secara progresif dengan bertambahnya usia. Peningkatan
waktu siang hari yang dipakai utnuk tidur dapat terjadi karena seringnya
terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan ditempat
tidur, waktu yang dipakai tidur menurun 1 jam atau lebih (Evans & Roger,
1994 cit. Potter & Perry, 2005).
3.
Al-Quran
a.
Definisi
Al Quran
adalah kitab suci agama islam, sebagai
pedoman hidup umatnya. Sesungguhnya Allah SWT. Telah berfirman bahwa Al Quran
adalah obat mujarab. Seperti yang telah dijelaskan didalam Al-Quran surah
Al-Isra:82, “Dan kami turunkan Al Quran sebagai sesuatu yang menjadi obat
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
b.
Kesehatan jiwa dalam Al Quran
Banyak ayat
Al Quran yang mengisyaratkan tentang pengobatan. Karena bagaimanapun Al Quran
itu sendiri memang diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang mukmin.
Salah satu ayat didalam Al Quran yang menerangkan tentang kesehatan jiwa,
adalah Al Quran surah Ar-Ra’d ayat 28, “yaitu orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram”, (Ramadhani, 2007).
Menurut Ginanjar (2001) dalam bukunya yang
berjudul “ESQ”, Kecerdasan spiritual
adalah kemampuan untuk member makna ibadah terhadap setiap perilaku dan
kegiatan , melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah (hanif),
menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhudi
(integralistik), serta berprinsip “hanya kepada Allah”.
Penelitian yang dilakukan oleh Al-Qadi di Florida,
Amerika Serikat berhasil membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan Al
Quran, seseorang muslim mampu merasakan perubahan fisiologis yang besar,
seperti penurunan depresi, kesedihan, bahkan dapat memperoleh ketenangan dan
menolak berbagai macam penyakit. Penemuan ini menunjukkan bahwa bacaan Al Quran
berpengaruh besar (hingga 97%) dalam memberikan ketenagan dan penyembuhan
penyakit. (Ramadhani, 2007). Kemimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat oleh
penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan oleh Universitas Boston. Objek
penelitiannya terhadap lima orang sukarelawan yang terdiri dari tiga pria dan
dua wanita. Kelima orang tersebut tidak mengerti bahasa arab dan mereka pun
tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al Quran.
Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan
bacaan Al Quran dan mendapatkan ketenagan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa
arab yang bukan dari Al-Quran. (Ramadhani, 2007).
B.
Landasan Teori
Muratal Al Quran. Muratal Al
Quran memiliki efek tersendiri bagi tubuh sehingga menimbulkan rasa tenang dan
nyaman. Bahkan sekarang muratal Al Quran sudah diteliti dan menjadi alternatif
terapi suara baru (Abdurrochman et al.,
2008).
C.
Kerangka Teori
Kerangka Teori Penelitian
|
D.
Pertanyaan Penelitian
Apakah ada perbedaan kualitas tidur
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta, sebelum dan sesudah
diberdengarkan muratal Al Quran.