Home » » Proposal Penelitian (PENGARUH MUROTAL AL QURAN TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA) BAB II

Proposal Penelitian (PENGARUH MUROTAL AL QURAN TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA) BAB II

Written By profitgoonline on Monday 27 May 2013 | 14:14


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Pustaka

1.      Lanjut Usia
a.       Definisi Lanjut Usia
Menurut BKKBN (1995) lanjut usia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1965 batasan lanjut usia tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun keatas. Sedangkan menurut Potter & Perry (2005) masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun biasanya antara usia 65-75 tahun. 

b.      Proses Penuaan
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, yang ditandai dengan kegagalan tubuh dalam mempertahankan homeostasis tubuh terhadap tekanan fisiologis yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur tubuh dan perubahan fungsional sehingga menyebabkan adanya gangguan, ketidakmampuan, dan sering menjadi penyakit (Rochman & Aswin, 2001). Lanjut usia diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka saat mereka masih muda. Bagi beberapa usia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun. Mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial.  Disamping itu sebagian lansia, perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan perlu membagi ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima kematian dengan tenteram (ismayadi, 2004 cit. Windyarani, 2010).

c.       Perubahan pada Lanjut Usia
Proses menua membawa perubahan baik fisik, mental, psikososial, kognitif dan spiritual pada lansia (Mubarak et al., 2009 cit. Windyarani, 2010). Disebutkan bahwa usia lanjut mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
1)      Perubahan kondisi fisik. Perubahan ini tejadi secara menyeluruh mulai dari tingkat sel sampai kesemua system organ tubuh. Lanjut usia sering mengalami masalah fisik misalnya seperti mudah lelah, sering jatuh, nyeri dada, sering pusing, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan tuli syaraf. Selain itu Smeltzer & Beare (2001) cit. Yudianto (2011), mengatakan bahwa proses menua akan mengakibatkan suatu perubahan pada system mulai dari system panca indera, system kardiovaskuler, system pernafasan, system integumen, system muskuloskeletal, system reproduksi, system genitourinarius, serta system syaraf.
2)      Perubahan kondisi mental. Pada lansia umumnya mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta situasi lingkungan.
3)      Perubahan psikososial. Perubahan ini sangat terkait dengan kepribadian setiap individu yang bersangkutan. Orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja rutin tiba-tiba dihadapkan dengan keadaan yang tidak memungkinkan seperti dulu lagi karena sudah mengalami masa pensiun. Bagi individu yang berpikiran positif, maka ia akan cukup bijaksana untuk mengatur kegiatannya sehari-hari. Namun, bagi banyak pekerja masa pensiun dirasa merupakan masa untuk menjauh dari lingkungan, teman dan tersingkir dari lingkungannya.
4)      Perubahan kognitif. Perubahan disini lebih kearah penurunan dari fungsi kognitif itu sediri, sehingga tugas-tugas yang membutuhkan ketangkasan dan memerlukan memori yang kuat sudah mulai dibatasi.

2.      Tidur
a.       Pengertian Tidur
Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan (Potter & Perry, 2005). Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang berfariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Mubarak & Chayatin, 2008). Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik (Amir, 2007).
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak & Chayatin, 2008). Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh. Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek seperti pelupa, konfusi, atau kebingungan, disorientasi, terutama jika deprivasi terjadi untuk kurun waktu yang lama (Stanley & Beare, 2007).

b.      Tahap-tahap Tidur
Menurut Mubarak & Chayatin (2008), tidur yang normal melibatkan dua tahapan tidur, yaitu Non-Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement (REM) adalah sebagai berikut:
1.      NREM
            Pada fase ini terjadi penurunan fungsi fisiologis tubuh, ternasuk semua fungsi metabolik, tanda-tanda fital, dan kerja otot. Tidur NREM terbagi atas 4 tahap. Tahap I-II, disebut debagai tidur ringan dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam. Dengan karakteristik sebagai berikut:
§  Tahap I
Tahap ini merupakan tingkat paling dangkal dari tidur, tahap transisi antara bangun dan tidur, individu cenderung rileks, masih sadar dengan lingkungannya, dan mudah untuk dibangunkan, tahap ini berlangsung beberapa menit.
§  Tahap II
Pada tahap ini otot mulai relaksasi. Merupakan tahap dominan dari tidur orang dewasa. Berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan 50-55% dari total tidur.
§  Tahap III
Pada tahap ini terjadi relaksasi otot secara menyeluruh, dan individu cenderung sulit untuk dibangunkan dan jarang bergerak. Berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.
§  Tahap IV
Pada tahap ini individu sulit dibangunkan. Tidur semakin dalam atau delta sleep. Terjadi perubahan fisiologis, yaitu nadi dan pernafasan menurun. Tonus otot menurun, dan metabolism lambat. Temperatur tubuh menurun dan aktivitas otot menurun. Tahap ini merupakan 10% dari total aktivitas tidur. Berlangsug selama 15-30 menit.
2.      REM
            Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai dan berlangsung selama 5-30 menit. Pada tahap ini terjadi mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dan ditandai adanya  pergerakan bola mata saat tidur. Pada tahap ini terjadi beberapa aktivitas fisiologik antara lain: sekresi lambung meningkat dan frekuensi jantung dan pernafasan sering kali tidak teratur. Tidur REM biasanya mengikuti tahap NREM dan biasanya terjadi diakhir siklus tidur.

c.       Kualitas Tidur pada Lanjut Usia
Kebutuhan tidur akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Pada usia 1-3 tahun kebutuhan tidur 10-12 jam/hari, berkurang menjadi 7-8,5 jam/hari pada saat pubertas, dan berkurang menjadi 6 jam/hari (Mubarak & Chayantin, 2008). Pada lansia episode tidur REM semakin pendek. Perdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM III dan IV. Beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap NREM IV atau tidur tidak dalam.
Seorang lansia lebih sering terbangun pada malam hari dan tidak membutuhkan banyak waktu untuk tertidur kembali. Akan tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur yang mirip dengan dewasa muda (Reynold et al., 1993 cit. Potter & Perry, 2005).
Kesulitan terkait tidur  malam  seringkali terjadi pada lansia. Hal ini terjadi akinat pernyakit kronik yang lain misalnya lansia dengan arthritis akan mengalami kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur sinag kelihatannya meingkat secara progresif dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai utnuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan ditempat tidur, waktu yang dipakai tidur menurun 1 jam atau lebih (Evans & Roger, 1994 cit. Potter & Perry, 2005).

3.      Al-Quran
a.       Definisi
Al Quran adalah  kitab suci agama islam, sebagai pedoman hidup umatnya. Sesungguhnya Allah SWT. Telah berfirman bahwa Al Quran adalah obat mujarab. Seperti yang telah dijelaskan didalam Al-Quran surah Al-Isra:82, “Dan kami turunkan Al Quran sebagai sesuatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
                                               
b.      Kesehatan jiwa dalam Al Quran
Banyak ayat Al Quran yang mengisyaratkan tentang pengobatan. Karena bagaimanapun Al Quran itu sendiri memang diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang mukmin. Salah satu ayat didalam Al Quran yang menerangkan tentang kesehatan jiwa, adalah Al Quran surah Ar-Ra’d ayat 28, “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”, (Ramadhani, 2007). 
Menurut Ginanjar (2001) dalam bukunya yang berjudul “ESQ”,  Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk member makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan , melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah (hanif), menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhudi (integralistik), serta berprinsip “hanya kepada Allah”.

Penelitian  yang dilakukan oleh Al-Qadi di Florida, Amerika Serikat berhasil membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan Al Quran, seseorang muslim mampu merasakan perubahan fisiologis yang besar, seperti penurunan depresi, kesedihan, bahkan dapat memperoleh ketenangan dan menolak berbagai macam penyakit. Penemuan ini menunjukkan bahwa bacaan Al Quran berpengaruh besar (hingga 97%) dalam memberikan ketenagan dan penyembuhan penyakit. (Ramadhani, 2007). Kemimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan oleh Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap lima orang sukarelawan yang terdiri dari tiga pria dan dua wanita. Kelima orang tersebut tidak mengerti bahasa arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al Quran. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al Quran dan mendapatkan ketenagan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa arab yang bukan dari Al-Quran. (Ramadhani, 2007).

B.    Landasan Teori

Muratal Al Quran. Muratal Al Quran memiliki efek tersendiri bagi tubuh sehingga menimbulkan rasa tenang dan nyaman. Bahkan sekarang muratal Al Quran sudah diteliti dan menjadi alternatif terapi suara baru (Abdurrochman et al., 2008).

C.     Kerangka Teori

Kerangka Teori Penelitian
D.     Pertanyaan Penelitian

Apakah ada perbedaan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta, sebelum dan sesudah diberdengarkan muratal Al Quran.


Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : BIOLOG-INDONESIA | Fanspage Facebook | Twitter
Copyright © 2013. Materi Kuliah - All Rights Reserved
Published by Profitgoonline