Bab IV
Seks Tidak Aman Di Kalangan Suku
Bangsa di Indonesia
PENDAHULUAN
Deskripsi: Selama ini ada anggapan bahwa gaya hidup modern dari negeri
barat seperti free sex dipercaya sebagai perusak moral bangsa. Akibatnya gaya
hidup seks bebas diperangi oleh banyak pihak selain tidak sesuai dengan norma kesusilaan
juga dianggap sebagai penular dan munculnya kasus HIV/AIDS. Padahal pada beberapa suku bangsa di Indonesia
juga ditemukaan kebiasaan yang mengarah ke seks bebas yang memungkinkan sebagai
pencetus naiknya kasus HIV/AIDS di beberapa wilayah. Tradisi sifone (sunat pada laki-laki dewasa) di
Soe, NTT dipercaya akan menaikkan risiko perempuan tertular HIV/AIDS. Laki-laki
yang melakukan sifone dengan
pendinginan lewat hubungan seks dengan 3 wanita yang berbeda berisiko
menularkan HIV/AIDS kepada 3 kelompok perempuan. Belum lagi jika partner itu
berasal dari PSK maka penyebaran akan lebih cepat lagi sebab PSK selain
tertular, juga dapat menularkan kepada orang lain/partner/langganannya. Di
Papua juga ada papijs di kalangan
orang Asmat yang berisiko menularkan HIV/AIDS. Hal yang sama berlaku pada
wanita lajang suku Dani yang memiliki tradisi serupa/partner seks
berganti-ganti. Perilaku narapidana
dimana sering terjadi perilaku sodomi untuk memuaskan napsu biologis sesama
narapidana juga perlu ditengarai sebagai media penularan.
Manfaat: mahasiswa mampu mengindentifikasi perilaku seksual lain di
kalangan masyarakat, tidak hanya suku bangsa terpencil, yang berpeluang
menularkan penyakit ini.
Relevansi: Pemahaman mengenai perilaku seksual pada suku bangsa di
Indonesia mampu menjadi masukan bagi upaya pencegahan
Learning outcome: perilaku seksual
pada beberapa masyarakat suku bangsa di Indonesia menjadi masukan pembuat
program untuk mengubahnya lewat pendekatan budaya yang sesuai dengan perilaku
mereka.
PENYAJIAN
Penyajian: PPT berisi contoh beberapa suku bangsa yang memiliki tradisi
yang berisiko meningkatkan kasus HIV/AIDS
Ilustrasi: gambar tarian suku Asmat dan Dani sebagai pintu masuk pergaulan
yang menjurus ke seks bebas.
Tugas: melontarkan pertanyaan bagaimana pemahaman mahasiswa antropologi
untuk mengubah perilaku seksual beberapa
etnis yang berisiko menularkan HIV/AIDS.
Latihan: identifikasi di lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa
mengenai perilaku berisiko tinggi menularkan HIV/AIDS.
Rangkuman: perilaku seksual bebas dari beberapa kelompok masyarakat yang
telah menjadi budaya harus mampu dipahami dalam konteks pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS sehingga kampanye atau penyuluhan diperlukan terhadap
mereka.
PENUTUP
Tes formatif dan kunci tes formatif: mahasiswa mampu menyebutkan 1 tradisi
seks bebas di masyarakat suku bangsa atau lingkungan tempat tinggalnya yang
berisiko menularkan penyakit ini. Jawaban yang tidak tepat akan dikoreksi
bersama dengan teman sekelas.
Petunjuk penilaian dan umpan balik dengan cara diskusi bersama antara dosen
dan mahasiswa di kelas.
Artikel / File ini diambil dari elisa.ugmac.id dimana file ini merupakan karya dari dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM pengampu materi kuliah Antropologi HIV Dan Aids- Atik Triratnawati