Sebelum membicarakan mengenai modifikasi perilaku, terlebih dahulu kira harus
menanyakan �APAKAH PERILAKU ITU?�.
Sebagian orang berpendapat bahwa perilaku itu adalah sinonim dari aktivitas, aksi,
kinerja, respons, atau reaksi. Dengan kata lain, perilaku adalah segala sesuatu yang
dilakukan dan dikatakan oleh manusia. Secara teknis, perilaku adalah aktivitas
glandular, muscular, atau elektrikal seseorang.
Cobalah bedakan hal-hal berikut:
Warna mata seseorang Kedipan mata
Pakaian yang dikenakan seseorang Berganti pakaian
Manakah yang termasuk perilaku, dan mana pula yang bukan??
Dalam pelajaran MODIFIKASI PERILAKU, dikenal ada dua macam perilaku,
yaitu perilaku nampak dan tidak nampak. Perilaku yang nampak, adalah perilaku
yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya berbicara, melempar bola, berteriak, dan
perilaku-perilaku yang dapat diamati. Sedangkan perilaku yang tidak dapat diamati
secara langsung oleh orang lain, misalnya berfikir dan merasakan. Coba cermati contoh
berikut, sebelum mulai mengenadarai sepeda motornya di arena balap, Roni berdo�a
dalam hati �Tuhan, moga-moga saya dapat melakukannya dengan baik�. Tidak ada
seorang pun yang tahu apa yang dikatakan Roni pada saat itu, tetapi hal ini dapat
diketahui dari ekspresi wajahnya, bahwa ia sedang melakukan aktivitas tertentu,
yaitu berfikir.
Hal lain yang juga menjadi fokus perhatian dalam membahas mengenai modifikasi
perilaku adalah kata-kata sifat berikut, jujur, peduli, kerja keras, mandiri, egois,
menyenangkan, gugup, minder dan sejenisnya. Kata-kata sifat tersebut bukan
menunjuk pada perilaku tertentu tetapi merupakan label yang diberikan sebagai
kesimpulan dari beberapa tindakan. Misalnya, apabila anda menyatakan bahwa anda
cemas, orang lain yang mendengarkan itu akan memahami apa maksudnya dan dapat
membayangkan bagaimana rasanya.
Kedua bentuk perilaku tersebut akan menjadi bahasan dalam modifikasi perilaku.
Keduanya pun dapat diubah dengan metode modifikasi perilaku.
Sebagai catatan, anda mungkin akan menghadapi beberapa istilah lagi, misalnya
motivasi dan kreativitas, seorang yang memiliki motivasi tinggi ditandai dengan
keinginan untuk meluangkan waktu dan berusaha lebih untuk belajar. Anak kreatif
seringkali menunjukkan perilaku yang tidak biasanya. Selain itu beberapa istilah
psikologi seperti misalnya developmental disabilities, learning disabilities, autism,
hyperactive, dan lain-lain. Semua hal di atas tidak menunjuk perilaku tertentu tetapi
sangat sering digunakan untuk me label seseorang.
Coba perhatikan beberapa contoh perilaku yang dapat diamati berikut ini:
Seorang anak usia 10 tahun tidak dapat mengikat sendiri tali sepatunya, masih
ngompol di malam hari.. tidak mampu mengkoordinasikan gerakan tangan terutama
pada waktu makan, skor tes IQ <35.
Psikolog atau ahli yang berkecimpung dalam bidang penyimpangan perilaku mengamati
sampel-sampel perilaku tersebut pada usia tertentu. Seorang anak yang berusia 10
tahun umumnya sudah mampu mengikat tali sepatu mereka sendiri, sudah dapat
mengontrol kandung kemihnya sehingga tidak ngompol lagi, dapat menggunakan
sendok dan garpu pada saat makan.
Label severe developmental disabilities digunakan oleh pada psikolog untuk anak-anak
dengan ciri tersebut di atas. Mungjkin anda bertanya, mengapa perlu digunakan label?
Pertimbangan pertama adalah mempermudah komunikasi untuk mendapatkan
gambaran umum mengenai seseorang. Misalnya, bila kita menghadapi seorang anak
berusia 10 tahun yang dikatakan mengalami severe developmental disabilities, mereka
tidak akan mampu membaca huruf dengan baik. Kedua, label ini akan mempermudah
kita dalam menyusun rencana tritmen. Seorang yang mengalami kecemasan,
disarankan untuk mengikuti program manajemen kecemasan. Demikian pula, anak
yang pemalu diberi kesempatan mengikuti pelatihan asertivitas. Sebaliknya, pemberian
label ini, mungkin akan memberikan dampak yang negatif. Sebagai contoh, bila
berjumpa dengan seorang akan yang suka menggunakan kata-kata secara terbalik, kita
akan melabel mereka sebagai dyslexia. Contoh lain dari dampak negatif ini adalah
diskriminasi perlakuan yang diterima. Seorang guru cenderung kurang memberi
kesempatan pada anak yang dilabel sebagai sexually abused atau mentally retarded
untuk ikut terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok untuk pemecahan masalah. Lebih
dari itu, orang dewasa seringkali lebih terfokus pada kelemahan anak-anak mereka
sehingga mengabaikan potensi yang masih mungkin untuk dikembangkan.
Modifikasi Perilaku
Satu ciri yang sangat menonjol pada modifikasi perilaku adalah penekanan atau fokus
pada perilaku yang dapat diukur. Metode modifikasi perilaku ini selalu mengamati
dan mengukur setiap tahap perubahan sebagai indikator dari berhasil atau tidaknya
program bantuan yang diberikan. Hal lain yang menjadi ciri dari modifikasi perilaku
adalah prosedur dan teknik tritmen yang menekankan pada modifikasi
lingkungan tempat dimana individu tersebut berada, sehingga membantunya dalam
berfungsi secara lebih baik dalam masyarakat.
Yang dimaksud dengan lingkungan disini, adalah orang, objek, dan juga peristiwa yang
secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kehidupan seseorang.
Oleh karena modifikasi perilaku memakai prinsip-prinsip dalam psikologi belajar, maka
orang, objek, dan peristiwa ini merupakan stimulus. Di samping itu, perilaku klien,
suasana terapi, dan sikap terapist merupakan juga lingkungan.
Modifikasi perilaku sebagai salah satu metode dalam memberikan bantuan pada klien,
menerapkan metode yang berbeda. Martin dan Pear (2003) menyatakan modifikasi
perilaku tidak hanya sekedar terapi biasa yang mengandalkan pembicaraan terapist
kepada kliennya. Bedanya dengan psikoterapi, psikolog yang melakukan modifikasi
perilaku:
1. terlibat secara aktif dalam mengkonstruksi ulang lingkungan kehidupan sehari-hari klien
dalam rangka memperkuat perilaku yang tepat.
2. seringkali memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien untuk memfasilitasi
perubahan perilaku ini.
3. metode dan tahap demi tahapnya dapat dibuat dengan jelas. Maka dari itu, seseorang
dapat menggunakan dan menjalankan program yang dibuat orang lain.
4. dapat dilakukan sendiri perseorangan atau paling tidak dapat dilakukan oleh orang tua,
guru, mentor untuk membantu perubahan perilaku anak-anak atau bawahannya.
5. selalu berlandaskan prinsip belajar umum dan operant, khususnya conditioning Pavlov.
6. menekankan bahwa pendekatan tertentu cocok untuk perubahan perilaku tertentu pula.
7. melibatkan semua pihak, klien, administrator, konsultan, dll
Perilaku Apa yang Diubah?
Pendekatan modifikasi perilaku ini ditujukan kepada tidak hanya untuk meningkatkan
efektivitas perilaku dalam konteks meningkatkan perilaku yang kurang atau deficit tetapi
juga bagi mengurangi perilaku yang berlebihan atau excesses.
Perilaku yang kurang ini misalnya:
1. anak yang tidak dapat menyebutkan kata dengan tepat, misalnya burung disebut
bulung, dan mereka tidak mau berinteraksi dengan anak-anak yang lain.
2. seorang gadis remaja yang tidak mau mengerjakan tugas-tugas sekolah, tidak mau
membantu ibu di rumah, dan tidak mau mendiskusikan masalahnya dengan orang lain.
3. seorang pengendara mobil tidak mengindahkan peraturan lalu lintas, selalu ingkar janji
4. seorang karyawan yang selalu menunda pekerjaan sehingga menghambat kinerja
kelompoknya.
Selanjutnya coba perhatikan contoh perilaku yang berlebihan berikut:
1. anak-anak yang selalu keluar masuk kamar, membuang makanan ke lantai, atau selalu
mengganti channel TV
2. remaja yang selalu menginterupsi pembicaraan dengan orang tuanya, berlama-lama
ngobrol menggunakan telepon
3. seorang ibu sellau duduk di depan televisi, sambil makan permen
4. seorang atlet yang selalu berfikir �saya pasti gagal� �saya pasti kalah�
Mengkategorikan apakah suatu perilaku sebagai berlebihan atau kekurangan
merupakan langkah yang mutlak dilakukan. Identifikasi ini harus dilihat dalam konteks di
mana perilaku tersebut muncul. Contohnya, seorang anak yang menggambar adalah
perilaku yang normal, tetapi menggambar dianggap sebagai perilaku yang berlebih bila
anak tersebut menggambar secara terus menerus di tembok rumah. Contoh lain,
seorang remaja yang lincah dan bergaul dengan teman-temannya sesama remaja
puteri. Perilakunya menjadi kekuarangan, bila ia tidak berani bergaul atau bahkan
bicara dengan teman remaja putera
Artikel / File ini diambil dari elisa.ugmac.id dimana file ini merupakan karya dari dosen Fakultas Psikologi UGM pengampu materi kuliah Modifikasi Perilaku